Oleh : Siti Maisaroh
Tidak bisa dipungkiri bahwasanya pandemi virus Corona, telah memberi ancaman dari segala sisi keberlangsungan hidup manusia, bahkan asasi paling dasar sekalipun yakni hak untuk hidup. Bagaimana tidak, secara global lebih dari 200 jiwa melayang akibat serangan virus mematikan tersebut. Terkhusus di negeri Indonesia, dilansir detik.com. Per tanggal 4 Mei 2020, Yuri mengatakan berdasarkan data yang dihimpun pemerintah hingga pukul 12:00 WIB terdapat 11.587 kasus positif covid 19, 1.954 sembuh dan 864 meninggal. Belum usai wabah ini mengobrak-abrik kerisauan rakyat akibat mengancam hidup mereka, skenario terburuknya yakni kelaparan justru mengintai nyawa ratusan juta penduduk di seluruh dunia. Bagaimana tidak, direktur program pangan dunia atau World Food Programme (WFP), David Beasley mneyebut 265 juta penduduk dunia terancam kelaparan sebagai dampak dari pandemi Corona virus. (Kumparan.com). Jumlah ini masih bisa bertambah karena ada sekitar 821 juta orang yang kurang makan, sehingga total keseluruhan warga dunia yang menderita kelaparan melebihi angka 1 milyar orang. Fantastis jumlahnya. Beberapa negara yang menghadapi opsi terburuk terkait ancaman kelaparan adalah Yaman, Kongo, Afghanistan, Venezuela, Ethiopia, Sudan Selatan, Suriah, Nigeria, dan Haiti. Bahkan dilansir dari beritagar.id, sebanyak 22 juta penduduk Indonesia masih mengalami kelaparan kronis. Jumlah tersebut sekitar 90% dari total jumlah penduduk miskin Indonesia, yakni sekitar 25 juta jiwa pada tahun 2018. Tentu bisa diprediksi jumlahnya makin bertambah 2 kali lipat ditahun-tahun wabah ini.
Tentu ini menjadi kejelasan bahwasanya rezim hari ini yakni kapitalisme mengalami kegagalan dalam mengatasi pangan di tengah pandemi, ditengah-tengah kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah, bagaimana tidak kekayaan alam yang sejatinya dapat mensejahterakan rakyatnya, bukannya dikelola oleh negara justru dikelola oleh individu, swasta bahkan asing. Keuntungan yang tidak seberapapun bahkan tidak disalurkan dengan baik untuk kesejahteraan masyarakat secara umum, justru dinikmati asing dan individu tertentu. Belum lagi impor yang sebelum-sebelumnya tidak menguntungkan rakyat. Sehingga ditengah wabah, kondisi semakin runyam dan pemerintah kocar-kacir kewalahan mengatasi pangan atau urusan perut rakyatnya, buktinya banyaknya bantuan yang diberikan malah tidak disalurkan secara tepat, contohnya sembako dan listrik dirasa kurang merata. Ini yang terjadi di Serang Banten, Nurmansyah tidak memiliki pekerjaan dan sampai sekarang belum mendapatkan bantuan selama wabah iglobalnews.co.id. belum lagi adanya oknum yang melakukan pungli dan kecurangan atas bantuan sosial ditengah keresahan. Banyaknya orang kehilangan pekerjaan (PHK), kehilangan tempat tinggal karena tidak mampu membayar kontrakan, dan bahkan dirumahkan tanpa adanya pemasukan. Sangat global bukan? Belum lagi kebijakan dirumah saja yang meresahkan diatas tiadanya kepengurusan kesejahteraan rakyat yang belum memadai, tidak dipungkiri banyak yang terpaksa keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan pangan. Ini tentu pertanda bagi kita bukan? Ya benar ini merupakan tanda-tanda kerusakan, kegagalan rezim mengurusi urusan masyarakat.
Yang dapat dilakukan rezim hari ini ialah harus menggunakan sistem Islam, karena Islam selalu memberikan solusi, bahkan sudah diingatkan sebelumnya. Di dalam Islam kaum muslimin berserikat dalam 3 perkara yaitu padang rumput, air dan api. (Hr abu Dawud dan Ahmad). Dan bahwa ketiganya tidak boleh dimiliki oleh individu. Imam as-sara khsyr di dalam al-mabsuth menjelaskan hadist ini terdapat penetapan berserikat nya manusia baik muslim dan kafir. Rasulullah Saw pernah membolehkan sumur di Thaif dan Khaibar dimiliki oleh individu untuk menyirami kebun. Seandainya berserikat nya manusia itu karena zatnya tentu Rasulullah Saw tidak akan membolehkan air sumur itu dimiliki individu, dengan demikian karena sifatnya lah sebagai sesuatu yang dibutuhkan oleh orang banyak atau fasilitas umum. Namun, agar semua bisa mendapatkan manfaat ketiganya, negara mewakili masyarakat mengatur pemanfaatannya, sehingga semua rakyat baik muslim dan non-muslim ikut serta merasakan keadilan. Sehingga semua keuntungan dari kekayaan alam Indonesia berupa gunung emas nya, timahnya, hasil lautnya, dan bahkan minyak bumi nya seharusnya mampu mensejahterakan masyarakat meskipun ditengah wabah sekalipun akan cukup mengatasi kelaparan apalagi kepengurusan tepat. Amat disayangkan Indonesia justru dikelola oleh individu, swasta bahkan asing yang menggerogoti kekayaan alam Indonesia. Astaghfirullah.
Sebagai contoh pernah terjadi wabah pada masa Khalifah Umar bin Khattab, Ketika krisis ekonomi, Khalifah Umar memberi contoh terbaik dengan cara berhemat dan bergaya hidup sederhana, bahkan lebih kekurangan dari masyarakatnya, Khalifah Umar ra. langsung memerintahkan untuk membuat posko-posko bantuan. Musibah yang melanda, juga membuat Khalifah semakin mendekatkan diri kepada Allah, meminta pertolongan Allah SWT Pemilik alam seisinya. Kepada rakyatnya yang datang karena membutuhkan makanan, segera dipenuhi. Yang tidak dapat mendatangi Khalifah, bahan makanan diantar ke rumahnya, beberapa bulan sepanjang masa musibah.Tatkala menghadapi situasi sulit, Khalifah Umar bin Khaththab meminta bantuan ke wilayah atau daerah bagian Kekhilafahan Islam yang kaya dan mampu memberi bantuan. Dan Sosok penguasa yang benar-benar tulus menyayangi dan memenuhi kebutuhan rakyatnya sejatinya hanya lahir dalam Peradaban Islam. Ketaqwaanlah yang membentuk Khalifah menjadi sosok yang seperti itu.
Kesempurnaan aturan Islam yang bersumber dari Alquran dan Sunah dalam mengatur politik dan ekonomi negara, membuat Khalifah tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Keunggulan sistem keuangan negara baitulmal tidak diragukan lagi dalam menyediakan pembiayaan negara. Wallahu alam bishawab.
(Red Siti/LPM-UBB)