Oleh: Alisa
(Mahasiswi Sastra Inggris 2018 FISIP UBB)
Ditengah maraknya pandemi corona virus tentu membuat semua warga di belahan dunia ini khawatir dan geger, begitu pula di Amerika Serikat sendiri di mana Amerika memiliki penderita virus Corona terbanyak dan hingga kini masih menjadi urutan teratas dalam jumlah kasus COVID-19, di mana hingga hari Kamis (7/5) sudah tercatat 1.262.771 orang jumlah kasus, termasuk 74.792 orang yang meninggal dunia, dan sudah sekitar 206.408 orang yang dinyatakan sembuh.
Gubernur New York Andrew Cuomo telah memerintahkan seluruh pekerja yang tidak penting untuk tinggal di rumah dan menyerukan agar warga hanya pergi ke luar rumah untuk berbelanja kebutuhan pokok atau sesekali berolahraga.
Dampak covid-19 tentunya sangat berperan besar pada perekonomian di Amerika Serikat, tentunya juga mengalami penurunan yang cukup besar, pada berita kadadata.co.id (30/4) Amerika serikat baru saja merilis data pertumbuhan domestik bruto pada kuartal pertama 2020 dikurangi 4,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Lalu selain dari sisi perekonomian yang sangat mengkhawatirkan warga Amerika, bagaimana dengan kegiatan seks di Amerika Serikat saat ini.
Apakah covid-19 berpengaruh besar pada intensitas kegiatan seks, dan apakah mitos-mitos yang berkembang dan tersebar tentang pandemi covid-19 juga membenarkan akan larangan kegiatan seks saat pandemi ini. Sudut pandang semiotika sangat dibutuhkan dalam menganalisis mitos-mitos tersebut.
Semiotik sendiri dapat disimpulkan sebagai ilmu untuk mengetahui tentang sistem tanda, kovensi-konvensi yang ada dalam komunikasi dan makna yang tekandung di dalamnya. Ilmu yang mempelajari tentang tanda (sign), berfungsi tanda, dan produksi makna.
Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Macam-macam semiotik termasuk semiotik naratif yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (Folkkore). Nah disini saya akan mencoba menggunakan metode analisis semiotik mengenai mitos-mitos covid-19 yang tersebar terutama mengenai larangan aktivitas seks dan pedoman seks yang aman dilakukan saat pandemi covid-19 di amerika serikat.
Analisis semiotik merupakan penelitian yang bersifat pembahasan mendalam tentang sistem tanda atau isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Analisis semiotik biasanya dapat digunakan untuk menganalisis segala bentuk komunikasi baik surat kabar, berita, radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Termasuk mitos-mitos yang ada di dunia maya tentunya bisa dianalisis melalui sudut pandang semiotika.
Sejak Virus Corona dinyatakan WHO sebagai pandemi global, wabah bernama Covid-19 ini telah membuat sejumlah negara lockdown daerahnya. Seperti halnya Amerika Serikat yang melakukan lockdown di New York dan California untuk mencegah penyebaran Virus Corona. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan beberapa klarifikasi terkait dengan misinformasi tentang Virus Corona di tengah masyarakat. Ada beberapa mitos yang tersebar dan menginformasikan bahwa imbauan untuk tidak berhubungan seks di tengah pandemi virus corona. Di saat semua orang menerapkan physical distancing alias menjaga jarak aman untuk berdekatan dengan orang lain. Lalu Amerika sendiri sudah mengeluarkan Pedoman Bercinta yang aman selama pandemi corona.
Departemen Kesehatan kota New York mengeluarkan pedoman grafis tentang praktik seks yang aman selama pandemi virus Corona. “Anda adalah pasangan seks teraman anda sendiri,” demikian petikan pedoman sepanjang dua halaman itu. Pedoman itu mendorong warga untuk mencuci tangan dan alat bantu seks yang mungkin mereka gunakan. Otoritas kota New York juga menyarankan agar selain masturbasi, “Pasangan teraman berikutnya adalah orang yang tinggal bersama anda.” Pedoman itu juga menyerukan untuk “Tidak melakukan hubungan seksual jika anda atau pasangan anda sedang tidak sehat.”
Pejabat-pejabat kesehatan memperingatkan bahwa ciuman – dan air liur – dapat dengan cepat menularkan Covid19, infeksi pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona itu. Sejauh ini belum diketahui apakah virus ini dapat menular lewat cairan tubuh lain yang terkait dengan seks. “Kita tahu bahwa virus Corona lain sebelumnya tidak ditularkan lewat hubungan seks,” tulis pernyataan itu.
SARS dan MERS adalah dua virus Corona sebelumnya.
Lalu di Amerika sendiri, berdasarkan sebuah penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Archives of Sexual Behavior, orang Amerika yang menikah dan tinggal bersama melakukan hubungan seks 16 kali lebih sedikit dibandingkan pada periode 2000 hingga 2004. Survei itu juga menyebutkan bahwa pada 2010 hingga 2014 orang di Amerika memiliki lebih sedikit jenis kelamin dibandingkan 1995 -1999. Studi ini didasarkan pada data kolektif dari Ilmu Umum dari 26.000 warga AS yang telah matang sejak 1989. “Data menunjukkan perbedaan besar dalam aktivitas seksual tentang pernikahan dan seks,” jelas Jean M. Twenge, pemimpin penelitian dan profesor psikolog di San Diego Universitas Negeri.
Setelah mengalami intensitas kegiatan seks yang menurun dari tahun ke tahun membuat lembaga pernikahan tidak lagi diminati sehingga orang tetap aktif secara seksual bahkan tanpa ikatan resmi. Twenge mengatakan warga AS yang tumbuh di abad ke-20 memang cenderung jarang melakukan hubungan seks. Tidak berarti mereka berbuat lebih banyak Ini karena pendidikan seks yang baik, ambisi dalam karier, dan menciptakan peningkatan harga diri.
Faktanya di amerika serikat seks sendiri sudah mulai menurun, lalu setelah dikeluarkannya larangan berhubungan seks saat pandemic covid-19 tidak lah berpengaruh besar di amerika karena sebelum covid-19 intensitas kegiatan seks memang sudah menurun.
Lalu bagaimana dengan mitos-mitos yang tersebar yang menyatakan bahwa kita bisa tertular covid-19 melalui hubungan seks?. Apakah hubungan seks aman dilakukan ditengah pandemi seperti ini. Tanda (sign) dari sudut pandang semiotika naratif tersebut setelah dikeluarkannya larangan berhubungan seks dan pedoman seks yang aman ditengah covid-19 membuat kita menilai dan memberi persepsi sehingga menimbulkan pengamatan yang menyatakan bahwa dengan melakukan seks di tengah pandemi kita bisa tertular corona virus. Padahal dilihat dari dampak-dampaknya seseorang dapat terinfeksi virus corona jika ia terpapar droplet atau air liur dari orang lain yang positif Covid-19. Hingga sebenarnya saat ini belum ada penelitian yang menyebutkan bahwa virus ini dapat menular saat berhubungan seksual.
“Virus corona adalah virus saluran pernapasan. Ini bisa tertular lewat air liur dan kontak intim, tetapi tidak ditularkan langsung secara genital,” jelas Mark Surrey, profesor klinis di departemen obstetri dan ginekologi, David Geffen School of Medicine, UCLA, mengutip dari Health.
Lalu juga mengutip dari British Association for Sexual Health and HIV, bila Anda dan pasangan sama-sama berada di rumah untuk karantina mandiri, berhubungan seks sah-sah saja dilakukan. Namun, bila salah satu dari Anda masih sering bepergian ke luar rumah, entah untuk bekerja atau sekadar berbelanja, maka sebaiknya bersihkan diri dengan benar sebelum bercinta karena ada risiko paparan virus dari luar. Jadi bukan berarti setelah kita melakukan hubungan seks kita akan langsung tertular covid-19.
References :
https://www.voaindonesia.com/a/kota-new-york-keluarkan-pedoman-bercinta-yang-aman-selama-pandemi-corona/5340917.html
https://www.sehatq.com/artikel/berhubungan-seks-di-tengah-pandemi-covid-19-amankah
Biodata penulis:
Penulis yang bernama Alisa, saat ini sedang berjuang mengejar gelar S1-Nya pada prodi Sastra Inggris di Universitas Bangka Belitung, gadis kelahiran 17 januari 2000 berasal dari belitung.
Ig : @Alisa_vkim
Email : alisavkim@gmail.com
(ALISA/RED LPM UBB)