Penulis : Ipan Guspian (Mahasiswa)
KKN UBB Desa Banyuasin, Bangka
Geliat pembangunan mulai dirasakan oleh masyarakat pedesaan sejak anggaran dana desa digelontorkan oleh pemerintah pusat.
Tidak tanggung-tanggung jumlah dana yang digelontorkan oleh pemerintah bernilai puluhan triliun. Maka wajar saja bila muncul slogan “Membangun desa, membangun Indonesia”.
Pemerintah desa seolah tak habis akal agar dana yang ada bisa terserap dalam pembangunan desa. Pemanfaatan dana yang lumayan besar tentunya harus diimbangi dengan perencanaan ekonomi desa di masa depan. Beberapa desa tentunya sudah memiliki prioritas dalam pembangunan baik sebagai desa wisata, desa pertanian, desa nelayan, dan lainnya. Semua rencana prioritas pembangunan tersebut bermuara pada kegiatan ekonomi yang berkelanjutan.
Wisata dalam kegiatan ekonomi memiliki peranan penting terutama sebagai sumber pendapatan, serta dapat mendorong pertumbuhan ekonomi terutama dalam menyerap tenaga kerja dan peningkatan produktivitas. Kegiatan pariwisata mendorong terjadinya permintaan dan penawaran barang atau jasa dalam wilayah tersebut. Dalam beberapa kajian literatur pembangunan pariwisata memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan catatan BPS setidaknya ada 1.734 desa yang berpotensi menjadi desa wisata. Jika potensi tersebut mampu dikelola dengan baik, tentu akan menghasilkan pendapatan yang tidak sedikit untuk negara. Selain itu, pendapatan masyarakat di seputaran lokasi wisata juga akan meningkat.
Pendapatan masyarakat yang tinggi tentunya akan berpengaruh pada tingginya daya beli, sehingga geliat ekonomi akan semakin terasa.
Maka tak berlebihan jika Desa Banyuasin memantapkan rencana pembangunannya sebagai desa wisata pertanian. Deklarasi menjadi desa wisata pertanian memiliki keuntungan ganda dalam mencapai produktivitas serta penyerapan tenaga kerja. Pada sektor pertanian (Agribisnis) tentunya akan menyerap tenaga kerja baik di subsistem hulu, on-farm, hilir, serta lembaga penunjang. Jika merujuk pada sudut pandang agribisnis secara menyeluruh tentunya jumlah pelaku dalam kegiatan tersebut tidaklah sedikit. Sehingga dalam kegiatan Agribisnis itu sendiri sebenarnya sudah memberikan kontribusi cukup besar untuk ekonomi di Desa Banyuasin.
Namun terkadang kegiatan Agribisnis sendiri kurang terlalu dimanfaatkan dengan baik dalam upaya peningkatan pendapatan asli desa, terlebih saat desa terlalu fokus pada wisatanya.
Padahal jika desa mampu memanfaatkan salah satu kegiatan pada subsistem agribisnis, tentu desa akan memiliki pendapatan yang tidak sedikit jika dikelola dengan tepat.
Dalam upaya untuk membangun pertanian (agribisnis) di Desa Banyuasin tentu peranan badan usaha milik desa sangat penting. Peranan penting BUMDES terutama terkait dengan distribusi input pertanian, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Ketersediaan input-input pertanian sangat penting terutama dalam menunjang keberlangsungan kegiatan pertanian. Seringkali petani di pedesaan terkendala dengan modal yang terlalu besar sehingga kualitas bahkan kuantitas hasil pertaniannya kurang baik. Kondisi seperti hal tersebut tentunya akan menggangu jika desa tersebut menjadikan dirinya sebagai agrowisata. Selain itu, pengolahan dan pemasaran juga penting agar investasi yang dilakukan oleh petani bisa segera mendapatkan keuntungan. Dengan lancarnya kegiatan agribisnis tentu tidak akan menghambat sektor pariwisata.
Pada sektor pariwisata sendiri sebenarnya merupakan hal lebih dari kegiatan agribisnis itu sendiri. Sejatinya wisata agribisnis merupakan upaya untuk menarik wisatawan dengan potensi kegiatan Agribisnis yang telah dilakukan oleh masyarakat. Namun dalam menjalankan Desa Wisata Agribisnis memerlukan SDM yang unggul. Selain itu, penampilan fisik desa juga penting agar memikat wisatawan.
Sektor pariwisata Agribisnis setidaknya harus dipandang dari dua perspektif. Pertama, dari sisi Agribsinis sektor pariwisata diarahkan agar terjadi penjualan jasa kepada wisatawan berupa keindahan alam yang memiliki filosofi agribisnis. Filosofi tersebut dapat mencerminkan keunikan, alamiah, dan tentunya melibatkan pelaku agribsinis di desa. Kedua, dari sisi wisatawan tentunya desa wisata harus mampu menyuguhkan pengalaman bagi wisatawan. Wisata Agribisnis tentunya akan merubah cara pandang terhadap suatu hal yang semula tidak memiliki arti, misalnya menanam padi untuk wisatawan, menumbuk gabah menjadi beras dengan lesung, menyewakan sepeda atau kuda, dan menyediakan pemandian. Semua hal tersebut berpotensi menjadi sumber pendapatan desa.
(Ipan Guspian/RED LPM UBB)