Pangkalpinang, LPM UBB – Harga BBM yang naik tinggi membuat masyarakat Indonesia turun ke jalan, tak terkecuali di Bangka Belitung. GEMAS (Gerakan Masyarakat Sipil), massa aksi mahasiswa dari berbagai kampus dan organisasi di Bangka Belitung, melancarkan long march sebagai bentuk protes pada Rabu (14/9). Selain itu, GEMAS juga menolak sejumlah kebijakan dan rancangan kebijakan bermasalah.
Adapun tuntutan aksi oleh GEMAS adalah:
1. Mendesak pemerintah pusat untuk mencabut kebijakan kenaikan BBM dan berantas mafia migas.
2. Mendesak pemerintah pusat untuk mencabut UU Cipta Kerja, UU Minerba, UU IKN, juga membatalkan RKUHP dan RUU Sisdiknas.
3. Mendesak pemerintah pusat untuk menegakkan reforma agraria sejati.
GEMAS berkumpul dengan lengkap sekitar 13.30 WIB di titik nol Pangkalpinang. Lalu, massa aksi melakukan long march menuju perempatan Ramayana, perempatan Jalan Mentok, dan berakhir di simpang tujuh Rumah Sakit Detasmen Tentara (RS DKT).
“Naik, naik, BBM naik. Tinggi, tinggi sekali,” bunyi salah satu seruan yel-yel yang menyemarakkan long march. Massa aksi juga menyanyikan lagu-lagu kebangsaan.
Di tiga titik lokasi yang telah disebutkan, GEMAS melakukan blokade. Selama blokade berlangsung, para perwakilan kampus dan organisasi menyerukan orasi.
Blokade ruang publik menjadi inisiatif yang terbilang segar di Bangka Belitung. Metode ini berhasil menyedot perhatian masyarakat karena pemilihan lokasi di pusat keramaian. Serta, menjadi sarana mengaktifkan ruang publik sebagai ruang penyampaian aspirasi bersama, termasuk protes.
“Pemilihan lokasi aksi kali ini tidak di kantor-kantor pemerintah. Ini juga secara simbolik menunjukkan ketidakpercayaan terhadap pemerintah!” seru Ricky Kuswanda, salah satu orator.
Setiba di simpang tujuh RS DKT, rute terakhir blokade, GEMAS membakar ban sebagai simbol amarah rakyat sambil melanjutkan sesi orasi.
“Memang benar bahwa Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Sikap yang ditunjukkan oleh elite politik adalah sikap koruptif dan anti rakyat. Terbukti dengan membebani rakyat dengan harga BBM yang melambung tinggi,” ujar Ahmad Subhan Hafiz, GmnI Babel, dalam orasinya.
Sekitar pukul 16.15 WIB, Herman Suhadi, ketua DPRD Babel, mendatangi massa aksi. Ia lantas menyampaikan bahwa ia menyepakati tuntutan aksi dan akan menyampaikan aspirasi mahasiswa.
Pola “akan menyampaikan aspirasi” ini tentu bukan barang baru. Dan, tidak ada jaminan akan ditepati. Sebagai contoh, aksi penolakan RUU Cipta Kerja oleh massa aksi mahasiswa di Bangka Belitung ditanggapi dengan pola serupa. Namun, setelah itu tidak jelas tindak lanjut yang ditunjukkan pemerintah daerah.
Aksi ditutup dengan penyampaian pernyataan sikap dan tuntutan aksi oleh para perwakilan GEMAS. Setelahnya, sekitar 16.30 WIB, massa aksi membubarkan diri.
Reporter: Kevin Aryatama, Fenny Dessy Fitria, dan Shelia Gladia
Penulis: Kevin Aryatama
Editor: Istiwulandari