Oleh: Amalia Azmi (mahasiswi Sosiologi UBB)
Bangka Belitung merupakan daerah yang dikenal sebagai penghasil timah terbesar di Indonesia. Sebagian masyarakat Bangka Belitung berprofesi sebagai penambang timah untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. Hampir seluruh bagian daratan Bangka Belitung dihiasi dengan bolongan-bolongan yang dihasilkan dari wilayah pasca pertambangan timah. Bolongan-bolongan tersebut biasa disebut dengan kolong. Inilah yang menjadi masalah baru bagi Bangka Belitung. Dengan adanya timah membuat masyarakat terus menerus mencari dan menggali permukaan tanah. Sehingga, ini menimbulkan pertanyaan apakah dengan adanya timah di Bangka Belitung bisa memberikan dampak yang baik bagi masyarakatnya atau malah sebaliknya.
Kondisi harga timah yang naik turun tidak membuat masyarakat berhenti dalam mencari timah. Terlebih jika harga timah sedang naik, masyarakat berbondong-bondong mencari timah hingga melakukan tambang timah ilegal. Pertambangan timah ilegal banyak sekali terjadi baik itu di daratan maupun di lautan. Proses pertambangan timah yang dilakukan secara besar-besaran membuat lingkungan menjadi rusak. Pertambangan timah di daratan dilakukan dengan membuka lahan baru serta membabat habis pohon-pohon yang mana akan terjadi kerusakan pada hutan dan lingkungan. Pertambangan timah ilegal yang ada di lautan membuat ekosistem yang ada di laut menjadi tercemar dan berdampak pada kurangnya sumber daya ikan yang ada di Bangka Belitung sehingga membuat masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan kehilangan mata pencahariannya.
Penggalian lahan untuk pertambangan timah yang terus menerus dilakukan membuat masyarakat Bangka Belitung akan kebingungan untuk mencari lahan lagi dalam mencari timah. Karena lahan-lahan yang sudah ada sudah menjadi kolong sehingga masyarakat tidak mempunyai sumber mata pencaharian. Hal ini akan menambah tingkat kemiskinan di Bangka Belitung. Kemiskinan bisa terjadi karena kekurangan atau kehilangan sumber daya alam, seperti halnya di Bangka Belitung. Dengan kerusakan lingkungan yang semakin parah membuat masyarakat tidak bisa mencari sumber penghidupan yang berujung menjadi pengangguran. Sebenarnya di Bangka Belitung sumber penghasilan tidak hanya berasal dari timah saja namun juga dari sawit, lada, dan lain sebagainya.
Berdasarkan sumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bangka Belitung menjadi daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi pada tingkat nasional. Pada bulan Maret 2021, tercatat sebanyak 29,84 ribu masyarakat miskin. Berita terbaru menyebutkan bahwa penduduk miskin di Bangka Belitung semakin berkurang, dari 29,84 ribu berkurang menjadi 27,28 ribu pada September 2021.
Dalam hal ini, lagi dan lagi peran pemerintah tentunya sangat diperlukan dalam mengatasi permasalahan yang ada di Bangka Belitung. Upaya yang perlu dilakukan pemerintah yaitu dengan melakukan sosialisasi mengenai keuntungan-keuntungan dari hasil sawit, lada, dan lain yang bisa membuat masyarakat sedikit teralihkan untuk tidak melakukan penggalian lahan untuk mencari timah. Hal ini dilakukan agar kehidupan masyarakat Bangka Belitung bisa lebih makmur dan tingkat kemiskinan bisa semakin menurun. Selain melakukan sosialisasi, perlu dilakukan reklamasi terhadap bekas galian pasca tambang timah supaya lahan yang sudah dilakukan reklamasi dapat digunakan masyarakat untuk melakukan penanaman. Memang pencarian timah tidak bisa hilang dari Bangka Belitung, akan tetapi perlu untuk membatasi pencarian timah karena banyak sekali dampak yang akan diberikan terhadap lingkungan.
Sebagai masyarakat Bangka Belitung sudah sepatutnya kita memahami dampak-dampak yang ada pada tambang timah. Untuk itu perlu kita lakukan bersama-sama membantu pemerintah untuk melakukan penggerakan berupa reklamasi lahan pasca tambang timah agar nantinya lahan yang sudah direklamasi dapat digunakan untuk perkebunan dan sejenisnya yang tidak merusak lingkungan yang akan membawa masyarakat makmur dan menuju kejayaan bukan terperangkap pada kemiskinan.