Oleh: Leony Fransisca (mahasiswi Sosiologi UBB)

Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau yang menjadikan negara ini negara kepulauan terbesar di dunia. Dikenal sebagai negara dengan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia berkembang menjadi salah satu dari sekian banyak produsen bagi berbagai kebutuhan dunia. Timah merupakan salah satu sumber daya alam Indonesia yang menjadi sorotan publik. Berdasarkan ringkasan Komoditas mineral yang diterbitkan U.S. Geological Survey pada Januari 2021, Indonesia merupakan negara penghasil timah terbesar di dunia, setelah Cina yang berada di urutan pertama.

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi penyumbang terbesar hasil timah di Indonesia. Hampir 90% timah ditambang dan diproses di daerah yang memiliki semboyan Serumpun Sebalai tersebut. Sektor tambang menjadi salah satu mata pencaharian unggulan bagi masyarakat Bangka Belitung. Hal ini yang menjadikan mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai penambang, baik di pabrik timah legal maupun membuka lahan tambang secara illegal. Jika dilihat secara garis besar, tambang timah memang memberikan feedback yang cukup baik bagi keadaan ekonomi masyarakat Bangka Belitung. Sayangnya, banyak ironi yang terjadi di balik feedback tersebut.

Timah yang digadangkan menjadi sumber daya unggulan dari Bangka Belitung, nyatanya menyimpan banyak jeritan-jeritan alam yang rusak akibat penambangan. Lahan hijau yang tadinya subur, kini berganti menjadi lubang bekas galian tambang. Bukit pasir menggunung akibat kerukan, debu kasar beterbangan menandakan tandusnya lahan yang dijadikan lokasi tambang. Tak hanya daratan, laut pun ikut menjadi korban keganasan tangan-tangan nakal pemilik modal tambang. Pembukaan tambang laut merupakan salah satu mimpi buruk bagi para nelayan Bangka Belitung. Mulai dari abrasi di pesisir pantai, keruhnya air laut, hingga rusaknya ekosistem menjadi dampak nyata dari pembukaan tambang laut.

Pabrik-pabrik timah pun turut menyumbang dampak besar bagi lingkungan. Salah satunya adalah polusi dari asap pabrik yang membumbung ke udara. Asap pabrik berupa hasil pembakaran dari zat-zat kimia yang mengontaminasi udara yang dihirup manusia tentu berdampak buruk bagi pernapasan manusia. Pro dan kontra terkait pertambangan timah pun terus-menerus muncul. Sebagian masyarakat merasa sangat diuntungkan denga adanya pertambangan timah karena mereka terjun dan ambil andil dalam sektor tersebut. Sebagian lagi merasa dirugikan dengan adanya dampak buruk dari tambang timah di Babel.

Yang perlu diingat, timah termasuk ke dalam sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Oleh karena itu, masyarkat harus bersiap akan datangnya masa di mana timah dari Bangka Belitung kehilangan kejayannya, khususnya masyarakat yang terjun dalam sektor pertambangan timah yang akan mengalami masa peralihan profesi secara besar-besaran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *