Oleh Dhimas Rivaldi Pratama (Mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Bangka Belitung)

Lautan berperan penting sebagai penyedia layanan ekosistem bagi kehidupan. Laut Tuing yang terletak di Desa Mapur merupakan kekayaan bersama manusia dengan berbagai potensi berkelanjutan atau lebih dikenal sebagai ekonomi biru. Ekonomi biru menggambarkan secara jelas bagaimana pemanfaatan sumber daya alam dan kegiatan-kegiatan di lingkungan laut sebagai pemanfaatan sumber daya laut dan komersial. Akan tetapi, hal terpenting adalah bagaimana cara berpikir dan berinteraksi dengan alam yang akhirnya bisa menciptakan cara pengelolaan yang baik dan benar. Kegiatan-kegiatan ini meliputi penangkapan ikan yang berkelanjutan dan budidaya yang bertanggungjawab, sumber energi terbarukan, air bersih, sumber daya tumbuhan dan hewan laut, serta bioteknologi kelautan dan sumber daya genetik lainnya.Selain itu, terdapat beragam kegiatan di lingkungan pesisir laut mulai dari ekowisata hingga perdagangan lokal. Kita juga dapat menambahkan manfaat budaya, estetika, dan kesehatan fisik hingga emosional sebagai keuntungan yang didapatkan dari alam yang berkelanjutan.

Laut Tuing merupakan salah satu sumber kekayaan alam ekonomi biru yang pada saat ini dimiliki oleh Bangka Belitung sehingga harus dijaga dan dilestarikan, karena di Laut Tuing memiliki berbagai potensi sumber daya laut yang melimpah dari segi perikanan seperti demersal, pelagis kecil dan besar, udang atau krustasea, ikan karang, ikan hias, rumput laut, moluska, teripang, dan terumbu karang. Selain memiliki berbagai jenis ikan, Laut Tuing juga berpotensi dalam pembudidayaan ikan khususnya di daerah pesisir. Jenis yang biasa dikembangbiakkan pada umumnya adalah pelagis kecil atau udang menggunakan tambak. Keseluruhan sumber daya tersebut merupakan peluang besar untuk menghasilkan sumber daya berkelanjutan yang dapat diakses oleh semua orang, komunitas, dan negara. Maka dari itu, kegiatan kegiatan yang haru semestinya dilakukan seperti menetapkan perairan tersesebut sebagai kawasan konservasi dan terus melakukan rehabilitasi laut untuk memperkaya dan menjaga ekosistem laut didalamnya dan tidak melakukan kegiatan eksploitasi yang akibatnya akan berdampak langusng kepada ekosistem laut, baik itu dalam konteks zona apapun dan pada akhirnyapun akan berdampak pada lautan. Bahkan sampai saat ini perairan Laut Tuing sendiri sudah dicadangkan sebagai kawasan konservasi laut dan akan segera diterbitkan SK dari Menteri Kelautan Perikanan dan Kelautan (MKP).

POTENSI EKOWISATA

Sumber daya wilayah pesisir perairan Laut Tuing merupakan ekosistem pesisir yang menyimpan potensi wisata yang cukup besar. Pesisir timur desa yang berada di Kabupaten Bangka ini masih bersifat alami dan indah, meliputi terumbu karang, hutan mangrove, padang lamun dan pantai berpasir dan batuan granit yang terpapar di pinggir pantai. Hal inilah yang membuat Laut Tuing berpotensi tinggi sebagai ekowisata berkelanjutan. Selain itu, masyarakat juga memiliki tekad yang tinggi dalam menjaga ekosistem laut.

Laut Tuing memiliki kelimpahan terumbu karang yang berada dalam kondisi baik sehingga dikelola sebagai tempat snorkeling dan diving tepatanya di sepanjang perairan Tuing mulai dari pantai Pulau Pungur sampai ke arah Sungai Tengkalat. Disamping itu, titik pemancingan terbentang luas di sepanjang Laut Tuing, dan juga terdapat situs bebatuan di sepanjang pesisir. Pengembangan ekowisata lainnya sedang berjalan adalah program transplantasi terumbu karang yang secara aktif melibatkan masyarakat guna menumbuhkan kesadaran akan pentingnya terumbu karang dalam meningkatkan biodiversitas. Terlebih, Laut Tuing Desa Mapur merupakan salah satu kawasan yang belum tersentuh oleh penambangan timah laut karena adanya penolakan keras dari masyarakat setempat.

POTENSI MARIKULTUR

Selain dari sektor ekowisata Laut Tuing sendiri juga berpotensi dalam pengembangan marikultur berkelanjutan. Dari segi laut yang luas serta memiliki kualitas atau kondisi air laut yang yang masih terjaga, baik dari parameter fisik maupun kimianya merupakan hal yang menguntungkan bagi masyarakat Laut Tuing. Budidaya air laut atau marikultur yang ada di air laut, seperti di perairan pantai atau air asin terlindung. Secara khusus, budidaya ikan laut adalah contoh dari budidaya, dan begitu juga budidaya krustasea laut (seperti udang), budidaya cumi cumi, moluska (seperti tiram) dan rumput laut. Produk selain makanan yang dihasilkan oleh budidaya laut meliputi: tepung ikan, nutrisi agar, perhiasan (mutiara) dan kosmetik yang memiliki harga jual tinggi. Salah satu kegiataan marikultur yang dapat dilakukan adalah budidaya cumi-cumi, budidaya ini dilakukan dengan hasil yang telah dilakukan adalah pengumpulan telur cumi menggunakan jaring nelayan, selanjutnya diinkubasi dalam akuarium pemeliharaan yang telah disettinng dengan menggunakan topfilter. Larva cumi yang berhasil dipelihara kemudian dilepaskan sebagai bentuk kegiatan restocking sumber daya alam bersama stakeholder.

Di sisi lain, Laut Tuing juga memiliki potensi dalam hal budidaya rumput laut dalam skala yang lebih luas. Hal ini dikarenakan air pada laut ini masih alami, jernih dan jauh keramaian sehingga sangat cocok untuk dilakukan pembudidayaan rumput laut. Budidaya rumput laut telah dilakukan sejak tahun 2015 oleh masyarakat pesisir tuing dimana mereka mendapatk hasil yang memuaskan dalam pembudidayaannya. Hingga saat ini, budidaya rumput laut masih sering dilakukan oleh masyarakat sekitar dalam rangka untuk meningkatkan pendapatan dan hanya perlu antisipasi terhadap biota yang dapat menggangu proses budidaya rumput laut. usaha budidaya rumput laut memberikan peluang ekonomi yang cukup bagus karena selain pemeliharaanya tidak begitu sulit, waktu juga tidak terlalu lama dan harga yang cukup stabil. Selain budidaya rumput laut, di Laut Tuing juga memiliki potensi untuk dilakukan budidaya udang. Hal ini didukung dengan kondisi laut dan peisisrnya yang tidak memiliki pencemaran industri atau pertambangan laut. Udang memiliki harga jual yang tinggi sehingga diharpakan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dengan catatan masyarakat Laut Tuing diberi pelatihan hingga mumpuni oleh lembaga-lembaga ahli.

Laut Tuing memiliki berbagai potensi sehingga diharapkan pemerintah dapat memberi dukungan dan perhatian lebih serta berpartisipasi dalam memanfaatkan pengelolaan potensi laut. Keterlibatan pemerintah dalam pengelolaan ekonomi biru di Laut Tuing juga diharapkan dapat mengatasi berbagai konflik sosial yang terjadi antara masyarakat Laut Tuing dengan pihak-pihak pemangku kepentingan melalui solusi yang tidak merugikan masyarakat dan lingkungan. Pengolahan lingkungan di Laut Tuing hendaknya dilakukan dengan tepat dan seusai prosedur.

(Dhimas Rivaldi Pratama/Red LPM UBB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *