Foto oleh Himakuatik

Balunijuk, Kegiatan Seminar Festival Akuakultur (FESTKUA) dilaksanakan di Balai Besar Peradaban Universitas Bangka Belitung pada Selasa (15/8). Kegiatan dibuka langsung secara simbolik dengan pemukulan gong oleh rektor Universitas Bangka Belitung Prof. Dr. Ibrahim, S.Fil, M.Si yang di dampingi oleh pembina HIMAKUATIK UBB Dr. Ardiansyah Kurniawan, S.Pi.,M.P, Nugroho Budi Susilo S.T kepala K3LH PT. Timah, Swarlanda Pembina Yayasan Ikan Endemik Bangka Belitung dan kedua narasumber Dr. Veryl Hasan, S.Pi., M.P, dan Dr. Josie South, serta Mustobi Prananda selaku ketua HIMAKUATIK UBB.

“Alhamdulillah tahun ini kita bisa mengadakan seminar Festival Akuakultur dengan menghadirkan narasumber yang luar biasa yaitu Dr. Josie South dari University of Leeds, Inggris dan Dr. Veryl Hasan, S.Pi., M.P. dari Airlangga University, Jawa Timur. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak Universitas Bangka Belitung dan Jurusan Akuakultur yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga kegiatan ini bisa terlaksana.” Ujar Mustobi dalam sambutannya

Adapun seminar Festival Akuakultur menjadi salah satu rangkaian dari Festival Akuakultur yang merupakan kegiatan tahunan yang di laksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Kultur Akuatik (HIMAKUATIK). Dimana tahun ini, selain seminar terdapat kegiatan lainnya yaitu kontes ikan koki, koi, pameran ikan lokal, pameran aquascape, lomba infografis, lomba mini vlog, lomba mewarnai, pameran karya mahasiswa hingga stand bazar.

Acara yang berlangsung dari mulai pukul 08.00 sampai 12.00 siang ini di hadiri Sebanyak 205 peserta dari target peserta sebanyak 150 orang. Peserta yang hadir meliputi mahasiswa jurusan akuakultur, delegasi setiap Ormawa UBB, perwakilan Dosen Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi, Yayasan Ikan Endemik Bangka Belitung, DKP Provinsi, DKP kota, kantor bahasa dan HIMASERDA UNMUH.

Selain mempelajari tentang biodiversitas, kehadiran Dr. Josie juga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa inggris mahasiswa karna materi yang akan dibawakan berbahasa inggris, ini akan mendukung tujuan Universitas Bangka Belitung untuk menjadi salah satu universitas bertaraf Internasional.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Bangka Belitung yang merupakan dataran sundaland mampu menyuguhkan banyak sekali potensi-potensi mulai dari tanaman lokal hingga ikan-ikan lokalnya. Ikan-ikan lokal ini pun di Bangka Belitung sudah mulai diinisiasi sejak tahun 2007, namun karena saat itu tenaga kerja dosen banyak yang menjalankan studi lanjut sehingga baru mendapatkan kesempatan di tahun-tahun ini. Festival Akuakultur ini diharapkan mampu menjadi salah satu penggerak untuk menembus kembali potensi ikan lokal Babel. Tentunya ini merupakan potensi  masa depan yang tidak bisa di pandang sebelah mata, dimana ikan lokal ini dengan harga jual yang lumayan tinggi harus di perhatikan konservasi, keberlanjutan, dan keterjagaannya di alam.

“Sudah waktunya Bangka Belitung mempunyai instalasi perikanan ikan lokal sehingga setiap tamu-tamu yang datang kita punya potensi yang dapat kita perlihatkan. Ikan lokal kita sejak tahun 2003 sudah keluar sebenarnya. Saya ingat waktu itu di Jambi ada ikan sri gunting pak, Sri Gunting ini ekornya seperti gunting. Waktu itu saya tanya ini ikan apa, katanya ini dari Bangka island, hanya ada di kolong-kolong tua bukan di sungai. Kolong tua bekas galian tambang timah yang terkenal di Bangka Belitung, tentunya masih banyak lagi yang lain setiap penggalian potensi perlu konservasi, keberlanjutan.” Jelas Dr.Robin selaku wakil Dekan 1 Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FPPB.

Prof. Dr. Ibrahim, S.Fil, M.Si sebagai rektor Universitas Bangka Belitung berkomitmen untuk mendukung program biodiversitas ini dan akan mensupport untuk explore, pendataan biodiversitas dan konservasi ikan lokal dan endemik Bangka Belitung. Beliau juga menyebutkan beberapa spesies endemik yang ada di Indonesia dan sangat tertarik dengan ikan tempalak endemik seperti Wild Betta burdigala dan Wild Betta Chloroparix.

Beliau juga mengapresiasi kehadiran Dr. Josie dan Dr. Veryl di kampus UBB yang akan mengedukasi mahasiswa tentang biodiversitas ikan lokal dan ikan endemik, serta berharap ada kerjasama dengan Leeds University sehingga dapat mendatangkan kembali Dr. Josie dan Dr. Veryl ke Universitas Bangka Belitung untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa.

Sekilas tentang Dr. Josie dan Dr. Veryl Hasan

Dr. Josie merupakan Dr Muda dari Universitas Of Leeds, United Kingdom, dimana beliau menyelesaikan program doktornya di usia 24 tahun dari Queen’s University, UK. Beliau juga sudah menyelesaikan sebanyak 2 kali program post doctoral di Afrika dengan tema Biodiversitas Perairan. Sebanyak lebih dari 40 jurnal internasional bereputasi telah diterbitkan oleh Dr. Josie, dan beberapa diantaranya adalah keragaman ikan di Kepulauan Bangka dan Belitung. Beberapa tulisan terakhir Dr. Josie juga berkolaborasi dengan Universitas Bangka Belitung, Jurusan akuakultur

Dr. Josie sangat ahli dibidang Ekologi Perairan terutama dalam mengembangkan solusi terukur untuk memprediksi hasil dari berbagai pemicu stres yang berinteraksi dalam sistem perairan untuk mempromosikan inisiatif konservasi air tawar. Dr. Josie mengeluarkan statment bahwa ada sebanyak 1/3 ikan air tawar didunia sudah punah, setidaknya 80 spesies air tawar yang sudah punah. Kepunahan ini terjadi akibat beberapa interaksi dan stress dari lingkungan. Dr. Josie telah mempelajari tentang interaksi lingkungan sebagai pemicu stress yang mengakibatkan kepunahan ikan air tawar ini, sehingga dapat memberikan tindakan awal untuk konservasi pada ikan-ikan lain dalam mencegah kepunahan.

Dr. Veryl Hasan merupakan dosen dan peneliti di bidang Ichtiologi dan Biodiversitas ikan air tawar Indonesia. Sebanyak lebih dari 50 artikel ilmiah internasional bereputasi yang telah diterbitkan oleh Dr. Veryl dalam 5 tahun terakhir. Beberpa artikel tersebut juga berkolaborasi dengan Dosen Universitas Bangka Belitung, Jurusan Akuakultur yakni Fitri Sil Valen, M.P. Selain itu beliau juga menerima penghargaan sebagai peneliti muda dibidang perikanan pada tahun 2022 di Vietnam. Dr. Veryl memberikan materi dengan tema “Iktiologi: instrument utama riset perikanan dan kelautan” pada acara Festkua.

Rangkuman Singkat Materi

Dr. Veryl mengawali materi dengan memperkenalkan para peneliti terdahulu ikan air tawar Indonesia, diawali dengan “Achille Valenciennes” yang telah mendata ikan air tawar Indonesia dari tahun 1794-1865 sejak jaman penjajahan. Menurut Dr. Veryl, belajar ichtiologi artinya belajar sejarah. Banyak sejarahwan asing telah mendata ikan air tawar, setelah Valenciennes ada Georges Cuvier, Heinrich Kuhl, Van Hasselt, Pieter Bleeker, Max Weber. Kemudian beberapa peneliti modern ada Maurice Kottelat, Tan, Reny K. Hadiaty, Daniel Lumbantobing dan Yohanes Baptista.

Dr. Josie menekankan bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, dan potensi kehilangan spesiesnya pun juga tinggi. Keberadaan biodiversitas ini sangat penting untuk penyediaan makanan dan mempertahankan rantai makanan di alam. Jika satu spesies punah maka rantai makanan akan rusak.

Dr. Josie berpendapat, untuk menghindari stress lingkungan maka ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu ; 1. Biarkan sungai mengalir secara alami, dimana memutus aliran sungai atau mengalihfungsikan sungai akan mengganggu proses migrasi ikan dan proses transfer energi dari hulu ke hilir; 2. Meningkatkan kualitas perairan pada ekosistem air tawar atau ekosistem sungai, sehingga dapat meminimalisisr stress terhada biota perairan; 3. Melindungi habitat yang kritis; 4. Menekan over fishing (penangkapan berlebihan) sehingga spesies dapat berkembang biak dengan baik; 5. Mengontrol ikan invasif; 6. Melindungi aliran sungai dan menghindari adanya dam.

Dari beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari stress lingungan dan mengganggu keberadaan ikan air tawar, ada satu hal yang menjadi poin utama oleh Dr. Josie, yaitu keberadaan ikan invasive pada habitat alami atau sungai. Kehadiran ikan invasif berdampak negatif terhadap keberadaan ikan lokal dan ikan endemik di habitat. Ikan invasif awalnya adalah ikan luar yang diperkenalkan ke habitat baru atau lebih dikenal dengan ikan introduksi, kemudian beberapa ikan invasif sukses berkembang biak dan mendominasi perairan yang disebut spesies invasif.

Keberadaan ikan invasif ini jelas akan menggangu ikan lokal dan endemik sebagai kompetitor dalam perebutan makanan dan wilayah toritorial. Ikan invasif memiliki kemampuan adaptasi dan perkembangan yang baik sehingga ikan lokal dan ikan endemik akan kalah dan menghidar dari habitat tersebut. Selain itu, beberapa ikan invasif akan bertindak sebagai predator dan agen pembawa penyakit, sehingga akan mempercepat kepunahan ikan lokal dan endemik yang ada di habitat tersebut.

Dalam hal ini, Dr. Josie melakukan deteksi terhadap kehadiran ikan asing atau ikan alien di habitat, lalu melakukan penilaian akan bahaya dan risiko kehadiran ikan asing. Selanjutnya  membuat respon yang termanajemen untuk melakukan tindakan pencegahan spesies asing menjadi invasif untuk menyelamatkan biodiversitas.

Sebelum mendalami ikan air tawar, Dr. Veryl menyampaikan bahwa, setidaknya kita tahu penelompokan ikan air tawar, seperti; 1.  ikan lokal yang sudah ada sejak awal evolusi mendiami suatu wilayah tertentu dan membentuk komunitas akuatik alami; 2. Ikan endemik yang penyebarannya terbatas disuatu wilayah atau terisolir secara geografi; 3. Ikan Asing/alien fishes yaitu ikan yang berasal dari luar wilayah distribusi alaminya yang dapat menimbulkan kerusakan secara ekosistem secara isidental namun belum menjadi wabah; 4. Ikan invasif yaitu ikan asing yang masuk kesuatu habitat dan telah menjadi wabah.

Bangka Belitung sendiri memiliki ke empat kelompok tersebut. Di Bangka sendiri terdapat 7 jenis ikan endemik yang hanya ada di Pulau Bangka dan bahkan ada di beberapa sungai atau di satu habitat saja di pulau Bangka. Contohnya Wild Betta burdigala dan Enchoclarias taipnopterus.

Dalam statment akhir Dr. Josie menyimpulkan bahwa telah terjadi kehilangan biodiversitas secara ekstrim, kemudian ikan lokal, endemik sangat penting untuk sumber makanan, perekonomian masyarakat setempat dan budaya dan kehadiran ikan invasif telah menggeser keberadaan ikan lokal dan invasif.

Dr. Veryl Hasan berharap mahasiswa UBB dapat mengenali dan mencintai ikan lokal dan ikan endemik Bangka Belitung, sudah saatnya  ikan lokal dan ikan endemik dikembangkan dan menjadi topik penelitian. Karna pada kenyataannya selama ini yang dikembangkan dan menjadi komoditi penelitian adalah ikan invasif atau ikan alien. Padahal ikan lokal dan ikan endemik sudah mendunia, terkenal dengan keindahannya. Selain itu ikan tersebut juga lebih enak apabila dikonsumsi. Tak hanya itu, keberadaan ikan lokal dan endemik dapat pula dijadikan sebagai ekowisata seperti yang sudah dilakukan di sungai Berantas. Jadi yang biasanya ikan tersebut ditangkap dan dijual, tapi setelah jadi ekowisata ikan tidak perlu ditangkap namun tetap dapat meningkatkan perekonomian warga setempat.

Sudah sepatutnya Indonesia bangga karena memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, dimana Indonesia juga memiliki ikan air tawar terbesar dan terkecil di dunia.

Reporter: Fitri Sil Valen & Mustobi Prananda

Penulis : Fitri Sil Valen & Mustobi Prananda

Editor: Zahra Zarina

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *