Minggu, dari Koordinator Lapangan Air Gede, Warga Air Gede, Membalong, Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, kecewa terhadap Pemerintah Daerah terkhusus Bupati dan DPRD Belitung karena menilai tidak ada keseriusan dalam menangani konflik agraria.
Minggu mengatakan, Konflik yang dihadapi Masyarakat sudah ada sejak tahun 1997. “Permasalahan sebenarnya terkait Masyarakat dan PT. Foresta Lestari Dwikarya sudah dimulai sejak tahun 1997, namun Masyarakat tidak mempunyai akses dalam penyelesaiannya. Harapan Masyarakat ke Pemerintah Daerah dalam penyelesaiannya hingga hari ini tidak menemui titik terang”. Kata Minggu, Jum’at (22/09/2023).
26 tahun dihadapkan dengan persoalan agraria, masyarakat merasa resah dikarenakan beberapa tuntutan yang harusnya menjadi hak masyarakat yang dipenuhi oleh pihak perusahaan. Koordinator Lapangan Air Gede, Minggu mengatakan, setidaknya ada 5 (lima) tuntutan masyarakat yang saat ini masih diperjuangkan.
Salah satu diantara tuntutan tersebut yakni menuntut pihak perusahaan memberikan keterangan mengenai penyerobotan lahan diluar Hak Guna Usaha (HGU) seperti Kawasan hutan lindung dan lahan sah Masyarakat yang dibuktikan dengan Sertifikat Hak Milik (SHM) serta pemberian 20 persen lahan plasma kepada Masyarakat setempat.
Minggu menyebutkan, kehadiran Perusahaan PT. Foresta di daerah Membalong tidak memberikan dampak yang signifikan baik terhadap daerahnya, melainkan hanya memberikan dampak buruk bagi Masyarakat.
“Hadirnya PT. Foresta di Membalong selama hampir 26 tahun tidak memberikan hal yang baik bagi kami, melainkan sebaliknya, PT. Foresta meyebabkan kerusakan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dimana hal ini berdampak sangat buruk bagi Masyarakat” ungkap minggu
Selanjutnya, Masyarakat Membalong merasa terpukul terhadap penangkapan 11 orang warga Membalong serta dihadapkan dengan kenyataan 11 warga tersebut dipindahkan ke Polda Babel tanpa pemberitahuan. Alamsyah sebagai Wakil Koordinator Lapangan menuturkan pemberitaan yang ada saat ini tidak mewakilkan keseluruhan realita, karena Masyarakat telah melakukan perjuangan sejak bulan Juli 2023.
“Tentu kami sangat terpukul teman kami ditangkap dan tanpa pemberitahuan di pindahkan ke Polda Babel. Terlebih lagi pemberitaan saat ini yang kami lihat hanya menjelaskan terkait pembakaran dan pengeroyokan, tidak menerangkan serangkaian gerakan yang kami lakukan sejak bulan Juli, tentunya kejadian itu ada asal-muasal mengapa hal tersebut terjadi seakan media menyudutkan masyarakat, padahal disisi lain hal tersebut terjadi secara spontanitas atau tanpa perencanaan sebelumnya karena pihak perusahaan tidak menepati janji yang telah di ucapkan sebelumnya sehingga warga langsung datang ke kantor untuk menanyakan mengapa perusahaan melanggar perjanjian yang telah disepakati.” Tutur Alamsyah.
Alamsyah menjelaskan, fokus utama saat ini yakni mendorong pihak pemerintah, dan Masyarakat untuk bersolidaritas membebaskan 11 warga membalong. Perlu diketahui, 11 warga membalong tersebut merupakan kepala keluarga dan mempunyai tanggung jawab untuk menghidupkan anak dan istri.
“Fokus utama kami adalah membebaskan 11 teman kami, mereka bukan kriminal, dan mereka punya tanggung jawab dirumah. Kami berharap ada dukungan solidaritas agar mereka bisa dibebaskan, minimal bisa dipindahkan ke Polres Belitung” Ucap Alamsyah.
Reporter: Istimewa
Penulis: Istimewa
Editor: LPM Alternatif UBB