Bangka, UBB – Bangka sebagai daerah penghasil timah terbesar di Indonesia memiliki beragam kerajinan yang unik, salah satunya adalah pewter. Pewter adalah kerajinan untuk hiasan gedung atau rumah berupa piala, gantungan kunci, dan cenderamata hasil timah lainnya. Pewter memiliki komposisi yang terdiri dari timah putih dengan komposisi yang sangat besar, yaitu 97% dengan antimony (Sb) dan tembaga (Cu) untuk menambah kekuatannya. Kerajinan pewter di Bangka Belitung memiliki prospek yang cukup baik dan dapat dijadikan sebagai mata pencaharian, baik dilakukan secara full time atau sebagai usaha sambilan.
Seni pewter di Bangka dipelopori oleh PT Timah sejak tahun 80-an yang dimana pada saat itu PT Timah mendelegasikan tiga orang mengikuti pelatihan di Jakarta untuk belajar membuat kerajinan pewter. Kemudian, tiga delegasi ini melatih pemuda di Bangka untuk menjadi pengrajin pewter dan membentuk suatu kelompok perajin di Bangka Barat yang kemudian berlanjut di Pangkalpinang.
Budi Pramono, seorang pengrajin pewter di Pangkalpinang bersama Pangkal Pewter terus mengembangkan seni kerajinan pewter. Usaha ini ditekuni oleh Budi dan enam rekannya dengan menciptakan berbagai bentuk pewter seperti kapal, gantungan kunci, peta Bangka Belitung, miniatur motor mobil, dan bentuk lainnya. Di galeri Pangkal Pewter yang terletak di jalan Merdeka, Budi memperlihatkan proses pembuatan pewter sambil menceritakan awal mula berdirinya pewter di Bangka sampai ke proses pembuatannya.
Pangkal pewter sebagai mitra binaan PT Timah yang mendukung penuh adanya kerajinan pewter mulai dari memberikan modal hingga ke pemasaran melalui pameran yang bertujuan agar pewter tersebut dapat terus berkembang seperti saat ini. PT Timah ingin menggeliatkan ekonomi kreatif di Bangka Belitung dengan mengajak masyarakat untuk terus belajar agar dapat menjadi pengrajin pewter.
Budi menjelaskan bahwa dalam pembuatan pewter ini tidak terlalu sulit, tetapi membutuhkan kesabaran dan ketekunan yang lebih. Proses pembuatan pewter memiliki beberapa tahapan mulai dari proses peleburan timah hingga mencair, lalu dituangkan ke dalam cetakan dan dikeringkan. Selanjutnya masuk kedalam tahap penghalusan.
“Lama waktu yang diperlukan dalam proses pembuatan pewter tersebut tergantung pada tingkat kesulitan serta kedetailan produk yang dihasilkan. Untuk jenis pewter berbentuk gantungan kunci tidak memerlukan waktu yang cukup lama, sebaliknya untuk bentuk pewter seperti kapal dan lain -lain memerlukan waktu yang lumayan lama karena memiliki tingkat kesulitan yang tinggi,” ujar Budi.
Budi menyebutkan, Pangkal pewter juga memberikan kesempatan bagi generasi muda yang ingin belajar untuk membuat pewter. Rendahnya keahlian yang dimiliki oleh generasi muda, menciptakan kekhawatiran akan berkurangnya minat dalam menjalani kegiatan ini.
“Untuk regenerasi pengrajin pewter dari generasi muda ini keliatannya kurang peminatnya. Makanya kami mengajak anak muda yang mau belajar silakan datang ke workshop agar dapat kami bina. Semoga generasi muda dapat meneruskan usaha pewter ini dan tidak berhenti disini saja,” harap Budi.
Jika ditelusuri lebih lanjut hasil yang didapatkan dari menjual kerajinan ini cukup menjanjikan karena tingkat kesulitan dalam proses pembuatan sebanding dengan hasil serta harga yang ditawarkan. Selain itu, kerajinan ini juga menjadi salah satu kesenian dengan corak khas yang ada di Bangka Belitung.
Pewter timah sebagai seni dalam bingkai industri kreatif tidak hanya merangsang kreativitas seniman, tetapi juga menjadi perwujudan harmoni antara tradisi dan inovasi. Sebagai hasilnya, karya-karya yang dihasilkan tidak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga menceritakan cerita tentang warisan budaya yang kaya di Indonesia.
Reporter: Mahasiswa Sosiologi UBB
Penulis: Mahasiswa Sosiologi UBB
Editor: Dina Septiani