Oleh Deby Ramadhani, mahasiswa Jurusan Sosiologi Universitas Bangka Belitung
Pulau Seliu merupakan sebuah pulau yang terletak di Selatan Pulau Belitung tepatnya di desa Seliu, Kecamatan Membalong. Untuk sampai ke Pulau Seliu pengunjung harus melewati jalur darat selama 1 jam dari pusat kota Tanjungpandan ke dermaga teluk gembira. Setelahnya pengunjung harus menyewa kapal nelayan atau speedboath dengan waktu tempuh 20 menit. Dahulu Pulau ini merupakan Pulau penghasil Kopra terbesar di Provinsi Bangka Belitung hal ini dibuktikan dengan penghargaan yang diberikan oleh Gubernur Sumatera Selatan dan Menteri Koperasi pada tahun 1983 kepada Desa Seliu.
Mengutip pernyataan Kepala Desa Pulau Seliu, Edyar ada empat versi asal usul nama Pulau Seliu. Versi pertama menjelaskan bahwa asal nama Pulau Seliu dipengaruhi oleh tokoh terkenal Pulau Seliu yaitu Sheikh Saman. Konon ceritanya Sheikh Saman ini merupakan seorang pendekar yang tak terkalahkan. Di suatu waktu Sheikh Saman bertarung dengan seorang bajak laut namun dalam pertarungan tersebut Sheikh Saman mengalami masalah dengan kakinya dan akhirnya kalah. Nama Seliu diambil dari kaki Sheikh Saman yang keseleo. Lalu versi kedua menjelaskan bahwa asal mulai nama Seliu tak terlepas dari suku awal Pulau Seliu yaitu suku Sekak dan suku Sawa. Kemudian suku ini menikah dengan orang Belanda dan Tionghoa sehingga banyak marga Liu. jadi nama Seliu itu diambil dari dua suku kata, satu ‘Se’ itu artinya markah, nama markah diambil dari bahasa dua suku tersebut. Sedangkan ‘Liu’ itu nama Marganya dari warga Tionghoa, jadi namanya dipanggil Seliu. Lalu versi ketiga menjelaskan bahwa pada abad ke 16 Seliu sudah dibuatkan Peta oleh Belanda dengan nama Saleo. Kemudian pihak desa ingin membuat profil desa dengan melihat peta yang dibuat oleh Belanda tersebut. Lalu versi terakhir menjelaskan bahwa nama desa pulau seliu berasal dari gesekan roda dengan poros kereta sorong, nama kereta sorong itu liu-liu, yang digunakan alat transportasi pada saat jaman kopra (buah kelapa) ( Sumber : PosBelitung.com).
Mayoritas masyarakat Pulau Seliu bermata pencaharian sebagai nelayan. Hal ini tak terlepas dari kekayaan alam melimpah yang dimiliki Pulau Seliu. Di Pulau ini terdapat pantai Marang Bulo dan pantai Tajur yang wajib dikunjungi. Sebagai tujuan wisata, Pantai Marang Bulo menjadi surga tersembunyi di Pulau Seliu. Hal ini karena pantai Marang Bulo mempunyai air laut yang jernih, batu granit yang menawan, serta pasir putih yang khas. Lalu ada pantai Tajur dengan dermaga yang memanjang hingga ke tengah pantai. Melalui dermaga ini para pengunjung dapat menikmati sunrise datang.
Selain pantai, destinasi wisata lain yang wajib di kunjungi adalah danau purun. Danau Purun merupakan sawah peninggalan Belanda yang terbengkalai dan kemudian menjadi habitat tanaman Purun untuk tumbuh. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh pemerintah setempat untuk dijadikan sebagai objek wisata karena memiliki banyak spot yang menarik. Di danau ini dibangun jembatan sepanjang 975 meter dan para pengunjung dapat berhenti di pondok tengah danau sebagai tempat peristirahatan.
Selain kekayaan alam, ada satu hal lagi yang menarik dari Pulau Seliu yaitu kehidupan masyarakatnya. Masyarakat Pulau Seliu terkenal sebagai masyarakat yang ramah kepada siapapun yang datang. Mereka tak segan membantu dan memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi. Maka wisatawan tak perlu khawatir jika berkunjung ke Pulau Seliu karena kalian akan di terima dengan baik. Di Pulau Seliu juga disediakan homestay dan mess jika wisatawan mau menginap. Nantinya wisatawan akan disuguhkan berbagai makanan khas Pulau Seliu. Wisatawan juga dapat memancing di sepanjang dermaga dan pada malam harinya jika beruntung bisa ikut masyarakat untuk pergi mencari ikan dan udang di laut.
Pengembangan Pulau Seliu sebagai desa wisata pun kini tengah gencar dilakukan. Apalagi saat ini ada namanya Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI). Ada beberapa kategori yang termasuk di dalam ADWI di antaranya penerapan CHSE (cleanliness atau kebersihan), health (kesehatan), safety (Keamanan), dan environment sustainability (Kelestarian Lingkungan), desa digital, souvenir , yakni kuliner, kriya, dan fesyen, daya tarik wisata (alam, budaya, buatan), konten kreatif, homestay, dan toilet. Oleh karena itu agar pengembangan desa wisata berhasil perlu adanya komitmen bersama baik pemerintah desa maupun komunitas masyarakat untuk bersama-sama mengembangkan Pulau Seliu menjadi destinasi wisata. Selanjutnya perlu ada proses indentfiikasi masalah yang dikenal dengan analisis SWOT ( Strenght, Weakness, Opportunity, Threat). Analisis ini perlu dilakukan untuk mengetahui apa saja permasalahan yang dihadapi oleh kelompok masyarakat Pulau Seliu dalam mengembangkan wisata. Tak kalah pentingnya juga adalah mengenai indentifikasi dampak positif dan negatif pengembangan wisata Pulau Seliu. Misalnya saja seperti menumpuknya sampah yang dibawa wisatawan, terganggunya lingkungan masyarakat, budaya yang dibawa wisatawan yang tidak sesuai dengan masyarakat setempat, dan permasalahan lainnya yang perlu dicarikan solusinya secara bersama-sama.
(Deby/Red LPM UBB)