LPM UBB, Bencah – Desa Bencah memiliki potensi hutan wisata yang belum terekspos keasriannya. Salah satunya wisata hutan pelawan yang berada di wilayah kawasan hutan wisata desa dengan luas hutan 176 hektar. Jarak tempuh dari rumah warga menuju lokasi wisata sekitar satu jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan roda dua. Pemerintah Desa Bencah bersama rombongan Mahasiswa KKN UBB berkunjung ke lokasi wisata tersebut pada Jum’at (24/07/20). Penjelajahan wisata hutan kali ini didampingi langsung oleh Kepala Desa Bencah bersama 15 anggota Tim KKN UBB dan arah perjalanannya di kawal oleh Bapak Mansur Hadi sebagai Tour Guide.
Wisata hutan pelawan merupakan salah satu aset Desa Bencah yang masih dalam tahap pembangungan sampai saat ini. Proses awal penemuan wisata hutan pelawan pada awalnya yaitu oleh komunitas “Bujang Penyungau Hutan Pelawan” (komunitas pencari madu). Pertama kali hutan ini ditemukan pada tahun 2012, tetapi proses pembangunannya dimulai pada tahun 2019.
Sejauh ini wisata tersebut masih dalam tahap pembangunan batas hutan dengan pemasangan batas kawasan hutan wisata. Tujuan pemasangan batas area hutan tersebut supaya masyarakat tidak menebang kayu pelawan dengan sembarangan dan tidak berkebun di wilayah wisata tersebut.
Wisata hutan pelawan memiliki keindahan yang masih asri terlihat dari sepanjang penjelajahan di kawasan hutan sangat banyak kayu pelawan yang tumbuh bahkan kayunya masih besar-besar. Jika dilihat dari tingkat keasriannya, hutan pelawan ini sangat potensial menjadi wisata alam bagi wisatawan lokal maupun bagi wisatawan asing. Sepanjang hutan anda bisa melihat beberapa sarang madu pelawan yang dianggap sangat baik air madunya bagi kesehatan. Kita juga bisa sambil belajar tentang edukasi mengenai berbagai kayu yang masih terjaga keasriannya di kawasan hutan tersebut.
Bapak Mansur menyampaikan bahwa hutan di desa ini masih sangat terjaga dan terlindungi walaupun daerah tersebut dikenal memiliki kandungan Timah.
“Hutan ini sebenarnya sangat bermanfaat bagi masyarakat jika nanti sudah dikenal banyak wisatawan, misalnya dari segi ekonomi masyarakat bisa membuka jasa sewa ojek, sewa atribut penjelajahan wisata dan usaha lainnya. Tidak hanya itu, masyarakat juga melakukan budidaya sarang madu untuk di produksi air madunya yang sangat memiliki keunggulan dari segi kesehatan,” ucap Bapak Mansur.
Namun yang menjadi permasalahan dalam pengembangan wisata ini adalah kondisi pandemic saat ini berdampak langsung terhadap pembangunan akses menuju wisata. Seharusnya melalui anggaran dana desa tahun ini jalan untuk ke tempat wisata sudah harus direalisasikan tetapi dana tersebut harus dialihkan dengan dana pencegahan covid dan Bantuan Langsung Tunai kepada masyarakat akibat covid 19.
“Pembangunan wisata ini sangat membutuhkan anggaran dana yang cukup besar sehingga jika hanya mengandalkan dana desa saja maka pembangunanya masih sangat lama. Pemerintah desa sudah melakukan wacana kerja sama dengan berbagai instansi pemerintahan seperti Dinas Pariwisata, Dinas Lingkungan Hidup, PT Timah dan Dinas Kehutanan,” tutur Bapak Mansur.
Target jangka pendek pemerintah desa dalam pembangunan wisata hutan pelawan adalah pembangunan jalan menuju kawasan hutan sepanjang 2 km, sedangkan untuk jangka panjang target pembangunannya adalah konsep wisata yang hendak dibangun didalam kawasan hutan seperti spotfoto alam, tempat outbound, pendirian saung, dan spotfoto disekitaran Sungai Rayun sebagai puncaknya keindahan wisata tersebut.
“Akan tetapi pembangunan ini belum dapat dipastikan kapan penyelesaiannya karena beberapa kendala yang terjadi, pembangunan ini sangat tergantung dari kebijaksanaan pemerintah desa berkelanjutan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya wisata alam tersebut,” imbuh Bapak Mansur.
Kelelahan para mahasiswa terbayarkan dengan keindahan kayu hutan Pelawan yang sampai saat ini sangat langka dijumpai. Para mahasiswa begitu semangat dan antusias dalam melakukan kegiatan penjelajahan tersebut, terlihat dari ketersediaan mereka dalam mengelilingi kawasan hutan dengan berjalan kaki sekitar satu jam perjalanan.
“Kegiatan penjelajahan ini sangat bermanfaat bagi kami selaku mahasiswa sehingga mampu memberikan kami pengetahuan jenis kayu yang harus dilindungi dan potensial wisata alam yang ada disekitar wilayah kita,” tutur Sukroni selaku wakil ketua KKN.
(Tim KKN Desa Bencah/Red LPM UBB)