Oleh Zion Smith AR, Peserta KKN Kebangsaan 2021

Pada masa ini, pendidikan bukan lagi hanya menyangkut masalah ilmu dan proses pengajaran. Kini pendidikan telah menjadi syarat mutlak bagi manusia untuk melangkah ke jenjang karir yang lebih tinggi demi kualitas hidup yang lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan menjadi modal penting yang harus dimiliki untuk jaman serba modern ini. Sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah sebagai upaya pembangunan nasional. Dengan tujuan mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kualitas serta kemampuan para generasi baru bangsa Indonesia. Oleh karena itu kita sebagai manusia hendaknya menyadari arti penting dari pendidikan yang dapat membawa dampak besar bagi kehidupan.

Akan tetapi, di sisi lain ada masyarakat yang bahkan tidak dapat merasakan pendidikan secara baik dan layak dari dasar sampai strata yang lebih tinggi. Hal tersebut terjadi karena pendidikan di Indonesia belum mengalami pemerataan terutama di pelosok atau pedesaan yang memang sulit untuk di jangkau. Hambatan seperti kurangnya fasilitas di daerah terpencil, dan keterbatasan dana karna kesulitan ekonomi turut mewarnai sulitnya mendapatkan pendidikan di desa. Kendala geografis mengingat betapa luasnya bumi Indonesia sementara sarana komunikasi belum memadai pun turut muncul dalam upaya penyempurnaan pendidikan Indonesia. Jumlah anak yang tidak tamat SD, SMP, SMA di pedesaan dikhawatirkan akan terus meningkat. Minimnya mayarakat yang berpendidikan tinggi ini mendorong bertambahnya angka pengangguran yang juga akan menambah tingkat kemiskinan.

Menyadari hal ini, peserta KKN Kebangsaan 2021 Posko 19 Desa Majelis Hidayah berkesempatan langsung melihat bagaimana berjalannya pendidikan di desa, tepatnya di SDN 176/X Desa Majelis Hidayah Kec. Kuala Jambi. KKN Kebangsaan sendiri adalah bentuk pengabdian oleh mahasiswa terpilih dari seluruh universitas di Indonesia kepada masyarakat dalam hal perwujudan konsep tridarma perguruan tinggi; pendidikan, penelitian dan pengabdian.
SDN 176/X ini memperlihatkan bagaimana kesenjangan pendidikan di Indonesia nyata terjadi, khususnya ketika kepala sekolah Bapak M.Nasir S.Pd.SD menyampaikan bahwa terdapat perbedaan yang sangat jauh antara sekolah di desa dan di kota. Baik dari kemampuan pengajar, murid maupun dari segi fasilitas sekolah. Kepala sekolah menerangkan terdapat kendala karena kurangnya tenaga pengajar yang mempersulit siswa mendapatkan pendidikan yang layak, seperti seringnya free les. Ini menyebabkan banyak anak yang bersemangat pergi ke sekolah hanya untuk bermain-main bersama teman, bukannya untuk menerima ilmu.

Fasilitas sekolah yang kurang memadai turut menjadi sorotan, seperti kurangnya ruangan belajar, tidak adanya listrik yang mengalir ke kelas, tidak ada alat bantu mengajar seperti laptop dan infokus turut mempersulit proses pembelajaran. Miris rasanya melihat anak kelas 3 SD yang belum mampu menulis sebuah kata dengan lancar bahkan harus dibantu dengan mengeja huruf demi huruf. Bahkan untuk anak kelas 5 SD yang sebentar lagi akan menamatkan pendidikan dasarnya belum dapat membaca dengan baik. Sangat sulit untuk mengatur anak anak yang di temui di sana, ini mungkin diperparah dengan minimnya peran dan dukungan serta orang tua dalam pendidikan. Sebagian besar orangtua mungkin sibuk hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari hari dengan bekerja sebagai nelayan.

Kejadian ini diperparah dengan kondisi pandemi saat ini. dengan kebijakan pemerintah yang tidak memperbolehkan tatap muka langsung di kelas membuat proses mengajar yang semakin berat. Mahasiswa KKN menyaksikan langsung bagaimana guru yang bersusah payah menggunakan teknologi untuk mengajar murid-muridnya. kehidupan desa yang begitu kental dipaksa untuk bersinggungan langsung dengan teknologi. Guru yang sebelumnya hanya menulis di kertas putih kini belajar untuk menghidupkan laptop dan mulai menekan huruf-huruf di atasnya. Belum lagi orang tua yang harus membiasakan diri melihat guru anaknya yang muncul di layar handphonenya.

Indonesia perlu belajar memerdekakan hak anak-anak desa, kebijakan pendidikan yang berfokus pada anak kota akan menghancurkan masa depan anak desa terutama bagi mereka yang terhimpit dan terlantar dibalik deretan bukit dan lembah bahkan yang berada diujung negeri sekalipun.

Semua kondisi dan masalah yang terjadi di atas telah menjadi masalah bersama yang mengunggah rasa keprihatinan mahasiswa KKN untuk mengatasinya. Rasa nasionalisme yang terbangun dengan bersatunya mahasiswa dari seluruh pulau di Indonesia datang dari kesadaran bersama yang ingin membantu percepatan pelayanan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan, khususnya di desa Majelis Hidayah ini. Dimulai dengan membantu memperkenalkan teknologi dasar kepada anak-anak dan orangtua, melatih kecerdasan baca tulis hitung, mengasah kemampuan akademis dan non akademis, serta tidak lupa mengajarkan rasa cinta kepada tanah air. Untuk itu, mahasiswa KKN sangat diperlukan untuk menjadi agen perubahan kehidupan dari realitas masalah kemanusiaan ini.

(Red LPM UBB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *