Oleh Abrillioga Duta Genre Kabupaten Bangka Selatan (PIK-R Eunonia)
Apakah diantara temen-temen semua sudah tau apakah itu stunting? Sebagian besar masyarakat ternyata masih belum tahu dan memahami istilah stunting. Secara harfiah, stunting didefinisikan sebagai masalah kurang gizi yang kronis dengan penyebab kurangnya asupan gizi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga hal ini menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak yaitu tinggi badan anak lebih rendah dan pendek (kerdil) dari standar usianya atau yang lebih dikenal dengan istilah “cebol”. Kondisi tubuh dari seorang anak yang kerdil pendek seringkali dianggap sebagai faktor genetik atau keturunan dari kedua orang tuanya. Akibatnya stigma tersebut, sebagian masyarakat tidak mau untuk berbuat apa-apa tanpa berusaha untuk mencegahnya. Seperti yang kita ketahui, bahwa genetika adalah faktor determinan kesehatan yang memiliki persentase paling kecil dan sedikit pengaruhnya apabila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan sosial, ekonomi, budaya serta politik dan pelayanan kesehatan. Sehingga hemat penulis tafsirkan bahwa sesungguhnya stunting adalah sebuah masalah yang bisa dicegah.
Pemerintah saat ini berfokus untuk melakukan pencegahan stunting, hal ini menjadi salah satu program pemerintah untuk menggalakkan program dan mengedukasi masyarakat luas untuk bisa mengenali, mencegah dan menghindari stunting pada anak. Upaya yang dilakukan pemerintah bertujuan untuk anak-anak Indonesia bisa tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal. Dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan psikis yang siap untuk belajar dan mampu untuk berinovasi dan berkompetisi ditingkat global.
Berdasarkan dengan referensi penulis dapatkan bahwa, terdapat 3 hal yang bisa diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan gizi terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih. Menurut pernyataan yang diungkapkan oleh Menteri Kesehatan Nila Moelek bahwa kesehatan berada pada hilir. Seringkali setiap permasalahan non kesehatan menjadi akar permasalahan dari stunting seperti masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan serta masalah degradasi lingkungan. Oleh sebab itu, penulis yakin bahwa sejatinya kesehatan membutuhkan segala peran dari semua sektor dan tatanan kondisi kehidupan masyarakat.
Masalah stunting diakibatkan serta dipengaruhi oleh rendahnya akses asupan makanan dari segi jumlah dan kualitas sebuah gizi serta seringkali tidak beragam. Kemudian daripada itu dipengaruhi pula oleh pola asuh orang tua yang kurang baik dalam hal aspek perilaku, biasanya seperti pada praktek pemberian makan bagi bayi dan balita. Dan juga stunting dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan yang kurang baik seperti akses sanitasi dan air bersih. Menurut penulis, pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman dari orang tua terutama seorang ibu, oleh sebab itu dalam mengatur tentang kesehatan dan gizi dalam keluarga dibutuhkan sebuah edukasi yang diperlukan supaya bisa merubah perilaku yang bisa mengarahkan pada peningkatan gizi ibu dan anaknya.
Dampak kesehatan masalah pada anak yang mengalami stunting bisa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak secara keseluruhan. Hal inidikarenakan stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat akumulasi ketidakcukupan zat gizi yang berlangsung lama dari kehamilan sampai usia 24 bulan. Dampak jangka pendek dari stunting ialah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, serta gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme tubuh. Adapun dampak jangka panjang stunting yang tidak ditangani dengan baik dan secepat mungkin yaitu menurunkan kemampuan perkembangan koginitif otak anak, kekebalan tubuh lemah sehingga mudah sakit, resiki tinggi munculnya penyakit metabolik seperti kegemukan, penyakit jantung, penyakit pembuluh darah, kesulitan dalam belajar. Bahkan ketika anak sudah dewasa nanti anak akan mengalami tubuh pendek dengan memiliki tingkat produktivitas yang rendah dan sulit untuk bersaing di dalam dunia kerja. Terkhusus anak perempuan yang mengalami stunting, mereka memiliki resiki mengalami kesehatan dan perkembangan pada keturunannya nanti pada saat sudah dewasa. Biasanya ini terjadi pada wanita dewasa dengan tinggi badan kurang dari 145 cm karena mengalami stunting sejak kecil. Menurut fakta yang penulis dapatkan bahwa ibu hamil yang bertubuh pendek dibawah rata-rata akan mengalami perlambatan dalam aliran darah ke janin serta pertumbuhan rahim dan plasenta. Hal ini bisa saja akan berdampak buruk pada kondisi bayi yang akan dilahirkan. Bayi yang lahir dari ibu dengan memiliki tinggi badan di bawah rata-rata akan beresiko mengalami komplikasi medis yang serius bahkan pertumbuhan tubuh yang terhambat. Perkembangan saraf dan kemampuan intelektuan pada seorang bayi akan bisa terhambat dengan disertai tinggi badan anak yang tidak sesuai dengan usia.
Oleh sebab itu, kita semua perlu sedini mungkin memperhatikan masalah stunting, karena ini adalah permasalahan yang terbilang sangat subtansial menurut penulis. Saat ini pemerintah telah melakukan sebuah inovasi tentang stunting yaitu yang dikenal dengan Padat Karya Tunai Desa Bidang Kesahatan, program pemerintah ini adalah program yang mengutamakan sumber daya lokal, tenaga kerja lokal serta teknologi lokal desa. Program ini memiliki empat subtansi utama yaitu meningkatkan perekonomian masyarakat desa, menurunkan angka pengangguran masyarakat desa melalui kegiatan swa kelola, mekanisme operasionalnya yang dikerjakan bersama secara lintas sektor, dan dilaksanakan dengan integrasi lintas program dan lintas sektor.
Melalui program pemerintah ini, penulis berharap bisa menekan laju pertumbuhan angka stunting yang cukup tinggi yang terjadi di Indonesia termasuk di daerah Kabupaten Bangka Selatan yaitu Desa Serdang. Dengan adanya peringatan Hari Keluarga Nasional yang ke-28 penulis ingin lebih mengajak masyarakat untuk bisa menyadari dan peduli kesehatan anak agar terhindar dari stunting. Berencana itu keren. Salam Genre “Sehat, Cerdas, Ceria.”
(Abrillioga/Red LPM UBB)