Dokumentasi Kegiatan Penambangan Timah di Kampung Kute pada Kamis (14/12). Foto oleh: Mahasiswi Sosiologi UBB.

Bangka Belitung merupakan salah satu provinsi yang sangat terkenal dengan tambang timahnya. Dengan kekayaan alam yang dimiliki ini menyebabkan masyarakat lokal di Bangka Belitung mayoritas memiliki pekerjaan sebagai penambang timah. Pendapatan masyarakat di Bangka Belitung memang tidak sepenuhnya berasal dari tambang timah, tetapi tidak sedikit pula masyarakat lebih memilih untuk beralih ke sektor pertambangan. Dengan kondisi masyarakat Bangka Belitung yang mayoritas bekerja di sektor pertambangan, apakah terjadi ketegangan antar sesama penambang timah lokal? Apakah ada pihak lain yang ikut andil dalam proses pertambangan timah lokal, selain masyarakat yang pro dan kontra terhadap pertambangan timah? Bagaimana bentuk dari interaksi antara penambang timah lokal dan pihak tersebut?

Pihak yang dilibatkan dalam proses pertambangan timah

Dalam kegiatan proses pertambangan timah tentunya terdapat pihak-pihak yang ikut ambil bagian, seperti penambang timah, bos timah yang memberi akses lokasi, masyarakat setempat yang pro dan kontra terhadap pertambangan, pemerintah setempat, serta dukun kampung. Dukun kampung dikenal dengan orang yang bisa melakukan pengobatan alternatif, membantu proses persalinan, dan juga dikenal sebagai orang yang bisa mengatasi masalah yang berhubungan dengan hal-hal spiritual. Selain itu, dalam prakteknya, dukun kampung seringkali diakses oleh para penambang timah lokal yang berada di Kute.

Biasanya para penambang timah memakai jasa dukun kampung untuk menanyakan hal apa saja yang boleh dilakukan dan pantangan dalam melakukan kegiatan pertambangan di Kute, memilih lokasi yang dianggap berpotensi memiliki banyak timah, dan juga untuk membantu menyaingi penambang lain yang ada di lokasi Kute tersebut agar bisa mendapatkan timah yang banyak. “Sebelum melakukan kegiatan pertambangan biasanya kami akan terlebih dahulu datang ke orang tua atau dukun untuk menanyakan pantangan apa yang tidak boleh kami lakukan dalam kegiatan pertambangan di Kute, kami juga menanyakan dimana lokasi yang terdapat banyak timah,” kata Idris (38) penambang timah di Kute. “Untuk mendapatkan timah yang banyak biasanya harus terlebih dahulu datang ke dukun kampung untuk sekedar meminta nasihat dan biasanya diberikan air untuk disiram-siram di sekitar sakan (tempat menampung timah yang terbuat dari kayu dan dilapisi karpet) serta di sekitar kolong (lubang seperti danau kecil yang tanah dan pasirnya diambil karena terdapat timah) agar timah dan pasir yang ditambang dari kolong banyak dan timah yang telah berada di sakan tidak di ampak dan memiliki kualitas yang baik sehingga harga yang ditawarkan oleh bos timah tinggi,” kata Midun (41) penambang timah.

Interaksi antara penambang timah lokal dengan dukun kampung

Penambang timah di Kute tentunya memiliki orang tua atau dukun kampung yang mereka percayai, tidak menutup kemungkinan dukun kampung yang mereka percayai kebanyakan berasal dari luar daerah Kute. Misalnya, seperti Andre yang percaya akan orang tua atau dukun kampung yang ada di Sungai Selan.“Saya juga sama seperti para penambang yang lain dimana mempercayai dukun kampung, biasanya saya akan pergi ke rumahnya yang berada di Sungai Selan untuk meminta pertolongan menghadapi permasalahan timah di Kute.”

Namun, bagaimana interaksi antara penambang timah di Kute dengan dukun kampung setempat atau dukun kampung di luar Kute yang mereka percayai? Interaksi yang terjadi antara penambang timah di Kute dengan dukun kampung-kampung setempat tentunya tidak begitu baik. Hal ini dikarenakan para penambang yang berasal dari luar Kute melakukan kegiatan pertambangan di daerah mereka, walaupun lokasi yang dijadikan untuk kegiatan pertambangan adalah kebun milik mereka pribadi tetapi masyarakat Kute yang tidak mendukung adanya kegiatan pertambangan tersebut melakukan kerja sama dengan orang tua atau dukun kampung setempat. Hal ini mereka lakukan untuk menjaga lingkungan, jika terjadi kegiatan penambangan terus menerus maka tidak menutup kemungkinan lokasi-lokasi yang berdekatan dengan lokasi yang ditambang juga akan ikut tergerus tanahnya. “Lokasi yang mereka tambang memang kebun milik mereka sendiri, tetapi lokasi yang lain yang dekat dengan pertambangan pasti nantinya akan ikut tergerus,” kata Suwarno (49) warga Kute.

Masyarakat Kute dan orang tua atau dukun kampung Kute biasanya akan melakukan Ampak terhadap lokasi pertambangan tersebut. Ampak adalah ditiadakannya pasir timah pada sebuah wilayah. Artinya, pasir timahnya tidak ada. Jika pun ada kualitasnya (kopong dan ringan), sehingga tidak memiliki nilai jual (Nopri Ismi, 2021). Tujuan dari masyarakat dan dukun kampung di Kute melakukan Ampak adalah untuk menjaga lingkungannya, agar tidak dilakukan kegiatan pertambangan oleh penambang. Ampak merupakan kearifan lokal masyarakat di Bangka Belitung guna menjaga lingkungannya, dari penambang timah (Nopri Ismi, 2021). Ampak inilah yang menyebabkan ketegangan antara penambang timah dengan dukun kampung setempat.(Beliya Dwi Putri, 2023).

Jika interaksi antara penambang timah dengan dukun kampung Kute mengalami ketegangan, interaksi antara penambang timah dengan dukun kepecayaan mereka justru sebaliknya. Oleh sebab itu, tidak jarang ada penambang yang mendapatkan timah yang banyak tetapi ketika dibawa pulang timah tersebut ringan, banyak debu, dan kualitasnya tidak bagus. “Saya pernah mendapatkan timah seberat 80 kg dalam satu hari, timah itu sudah dicuci bersih di sakan. Tetapi, ketika saya bawa pulang dan saya lihat lagi timah itu penuh dengan siamang kemudian saya mencoba untuk mencuci timah itu lagi. Akan tetapi, semakin dicuci timah semakin banyak siamang dan lama kelamaan hanya tersisa sedikit,” kata Anang (38) penambang timah.

Ampak merupakan bentuk dari interaksi yang dapat menyebabkan harmoni antara penambang lokal dengan orang tua atau dukun kampung yang dipercayainya untuk mengampak timah penambang lain. Selain itu, ampak juga merupakan bentuk dari interaksi yang dapat menyebabkan ketegangan antara penambang timah dengan dukun kampung yang bekeja sama dengan masyarakat setempat yang menolak kegiatan pertambangan di Kute. Ampak juga tentunya menyebabkan ketegangan antara sesama penambang timah yang ada di Kute karena ada rasa persaingan.

Penulis : Janila, Maya Yunita Sinambela, Mei Saputri, Wulandari (Mahasiswi Sosiologi, Universitas Bangka Belitung)

Editor: Shanaia Putri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *