Oleh : Ramsyah Al Akhab

Coronavirus telah menggerogoti setiap sendi kehidupan rakyat Indonesia. Dari segala penjuru mata angin, coronavirus telah benar-benar mendesak Indonesia dalam kondisi yang sulit. Bukan hanya kesehatan tetapi juga ekonomi. Tidak memandang status sosial, si kaya atau si miskin, pria atau wanita, semua orang berpotensi terjangkit dan terkena imbas ekonomi dari pandemi ini. Oleh karena itu tidaklah salah kalau kita menggunakan istilah “Perang” untuk menghadapi coronavirus.

Sebagaimana esensi dari perang, untuk mencapai sebuah kemenangan maka diperlukan kerja sama tim. Tim yang terkoordinasi. Tim yang paham akan tujuannya. Tim yang mengerti dari strategi yang dijalankan selama perang. Oleh karena itu, untuk melawan coronavirus yang telah menjangkit lebih dari 40 ribu orang dan membunuh lebih dari dua ribu orang Indonesia saat saya menulis tulisan ini dan semoga tidak bertambah, diperlukan persatuan yang kuat antara pemerintah dan masyarakat, selayaknya sebuah tim. Dalam hal ini, pemerintah selaku pembuat kebijakan sudah semestinya membuat kebijakan yang bijak. Kebijakan yang merupakan manifestasi daripada keinginan rakyat. Kebijakan yang ditujukan untuk melindungi kehidupan luhur masyarakat. Tidak ada lagi fakta-fakta yang ditutupi dari masyarakat, sehingga masyarakat yakin dan sadar penuh bahwa pemerintah hari ini hadir dalam kesusahan masyarakat. Sehingga kedepannya tidak ada lagi masyarakat yang bersikap bodo amat dan memupuk ego dalam diri. Apabila kedua elemen ini, masyarakat dan pemerintah sudah bersatu, maka mudah bagi kita rakyat Indonesia untuk maju bersama dalam satu tujuan berperang melawan pandemi coronavirus.

Dalam sebuah perang, kita memerlukan strategi untuk bertahan. Strategi yang telah diintruksikan oleh pemerintah kita adalah social distancing dan physical distancing. Strategi ini bukan hanya untuk menyelamatkan diri seorang tetapi juga turut menyelamatkan orang lain di sekitar kita. Satu orang yang terjangkit memungkinkan untuk menjangkit 460 orang lain dalam rentang waktu satu bulan. Oleh karena itu, bila kita benar-benar menginsafi strategi ini maka kita turut menyelamatkan jiwa 460 orang. Tiap-tiap individu harus benar-benar sadar akan peran pentingnya menjaga jarak dan kontak fisik dari orang lain. Sederhana, tetapi karena sifatnya yang sederhana inilah yang acapkali membuat kita meremehkan social distancing dan physical discanting. Bila benar-benar dibutuhkan untuk keluar dari rumah maka jangan lupa untuk menggunakan masker. Sederhananya, bila satu orang berpikir ‘Apa Musibahnya Satu Orang yang Tidak Patuh.’ Bagaimana nantinya bila sudah berjuta-juta orang yang berpikir demikian. Hancur dan porak porandalah pertahanan kita dari coronavirus. Hanya dengan berdiam diri di rumah maka kita telah turut membantu mempertahankan Indonesia.

Selanjutnya yang harus kita aplikasikan adalah strategi menyerang. Menyerang melawan coronavirus. Dalam sebuah sebuah serangan maka diperlukan senjata. Senjata saat ini yang kita miliki oleh seluruh penduduk Indonesia adalah menjaga kebersihan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Untuk tempat-tempat yang bersifat umum, kudu menyediakan tempat mencuci tangan. Bila sulit menemukan tempat mencuci tangan, maka gunakanlah hand sanitizer. Jika sulit mendapatkan hand sanitizer maka cobalah untuk membuat hand sanitizer secara mandiri. Saya rasa banyak website yang menjabarkan pembuatan hand sanitizer mandiri di rumah. Selain menjaga kebersihan diri, maka harus pula menjaga kebersihan lingkungan, seperti rumah dan kantor. Oleh karena itu rajinlah membersihkan rumah dan juga semprotkan dengan disinfektan.

Dalam sebuah perang adalah sifat pengecut dan tidak terpuji bila hanya memikirkan diri sendiri. Dalam situasi sulit seperti ini, janganlah kita mensiasati situasi agar mendapatkan keuntungan sendiri. Hal sederhana dan sering terjadi adalah menimbun masker ataupun hand sanitizer. Hal ini bak duri dalam daging.

Bahaya coronavirus bukan hanya kesehatan tetapi juga ekonomi. Akibat dari lockdown maka banyak pekerja yang di PHK, dirumahkan, kehilangan ladang pekerjaan, dan bahkan mengalami kerugian. Oleh karenanya mari membuka mata dan melihat tetangga sekitar kita. Bila kita mampu, sudah sepatut dan semestinya kita mengulurkan tangan dan membantu saudara-saudara kita yang sedang susah ini. Karena selain coronavirus, bangsa Indonesia juga terus berperang melawan sikap egois.

Sebagai penutup. Mari melihat ini bukan sebagai musibah. Coronavirus adalah tantangan untuk Indonesia yang mandiri dan bersatu. Indonesia sedang diuji rasa persatuannya, rasa kemanusiaannya dan peduli sesasama. Bila peperangan melawan coronavirus bisa kita menangkan, yakinlah kedepan Indonesia akan jauh lebih baik.

(Ramsyah Al Akhab/Red LPM UBB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *