Oleh : Gumiwang Ajir Darma

Suatu hari terdapat sebuah pertemuan akbar yang mempertemukan setiap kelompok-kelompok dengan latar yang berbeda-beda, golongan yang berbeda-beda, serta suku-suku dan bangsa-bangsa yang berbeda.

Terlihat dari raut wajah mereka nampak tidak senang akan kehadiran dari kelompok-kelompok yang lain di hadapan mereka, setiap orang yang berada dalam kelompok masing-masing nampak benci dan sungkan ketika dipertemukan dengan orang yang berasal dari luar kelompoknya. Karena sebelumnya mereka pernah cekcok dan setiap kelompok lebih mengagungkan kelompok yang mereka miliki dari kelompok-kelompok yang lain.

Beberapa saat kemudian, majulah seorang pria mewakili suatu kelompok dari begitu banyaknya kelompok yang hadir. Ketika berada di atas mimbar, pria itu nampak keheranan sekaligus sedih tatkala ia melihat keadaan orang-orang yang ada di depan matanya. Ia melihat setiap orang yang hadir memilih untuk berkumpul dan berkubu-kubu dengan kelompok mereka masing-masing, nampak pula dibmatanya ada orang-orang dengan pelbagai ragam masalah yang ia bawa, dan tentunya masalah-masalah ini melibatkan kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.

Kemudian, di atas mimbar pria itu mulai berkata :

Pria : “Hadirin, izinkan saya sedikit bertanya kepada anda semua, SIAPAKAH TUHAN KITA?”

Hadirin : “Allah SWT.” Jawaban sebagian audiens.

Kemudian pria itu bertanya lagi.

Pria : “Kepada orang-orang yang ada di depan saya, siapakah tuhan kita?”

Hadirin barisan depan : “Tuhan kami Allah SWT.”

Pria : “Bagaimana dengan yang di sisi kiri saya, siapakah tuhan kita?”

Hadirin bagian kiri : “Tuhan kami ya pasti Allah lah.”

Pria : “Yang bagian kanan, siapakah tuhan kita?”

Hadirin bagian kanan : “Sama seperti yang lain tentu saja tuhan kami Allah.”

Pria : “Terakhir yang paling belakang, bagaimana siapa tuhan kita?”

Hadirin bagian belakang : “Tuhan kami juga Allah SWT.”

Masing-masing kemudian menjawab “Tuhan kami Allah SWT”, lantas ditanyakanlah sekali lagi oleh pria tadi, “Kepada semuanya, siapakah tuhan kita?”

Dengan suara yang riuh dan menggelegar, secara serentak semuanya menjawab, “ALLAH SWT”.

Kemudian pria itu kembali menjelaskan, “Kita datang dari daerah yang berbeda-beda, kita punya warna kulit yang beda, kita juga punya pekerjaan masing-masing serta golongan yang berbeda-beda pula. Apapun perbedaan dan golongan kita, kita semua duduk di sini dengan bingkai agama Islam yang menjadi ujung tombak kita semua. Dan saya rasa kita yang berada di sini sepakat tuhan kita adalah Allah SWT, serta bukan hanya kita yang ada di sini saja. Seluruh umat muslim yang ada di dunia juga pasti mengatakan bahwa tuhan kita adalah Allah SWT,” Pungkas pria itu.

Tiba-tiba suasana menjadi hening.

Kemudian, dengan keadaan suasana yang hening dan tegang pria itu kembali bertanya kepada para hadirin yang ada di depannya.

Pria : “Kita semua memang punya tuhan yang sama yaitu Allah Subhanahu Wata’ala, kemudian kira-kira menurut anda apa perintah Allah yang sampai sekarang masih kita abaikan?”

Seluruh kepala yang ada pada forum itu tiba-tiba menunduk, nampak ada beberapa hadirin pria yang mengerutkan jidat wajahnya, ada pula yang tiba-tiba sibuk membuka Al-Qur’an, juga ada yang menoleh ke kiri dan  ke kanan. Pada saat itu beragam macam ekspresi pula timbul di setiap wajah para hadirin.

Kemudian di tengah-tengah keheningan yang sunyi, dari pojok belakang terdapat seorang pria menjawab “Berpegang teguhlah pada tali Allah dan janganlah bercerai berai.”

Seketika setiap mata yang hadir pada saat itu tertuju kepada pria yang berbicara.

Pria : “Ya, sangat tepat, itulah yang menjadi permasalahan bagi kita sekarang ini. Masing-masing di antara kita merasa kelompok kitalah yang paling hebat, dan merasa kelompok kita lebih baik dari kelompok lain, sampai-sampai kita mencibir dan menjelekkan kelompok yang lain. Ingatlah tindakan-tindakan yang kita lakukan saat ini jangan sampai menjadikan diri  kita sebagai insan yang ashabiyah (Merasa diri paling benar dan di luar kita adalah salah). “

Kemudian pria tersebut mengingatkan sebuah hadist kepada para hadirin yang ada di depannya, “Barangsiapa terbunuh di bawah bendera fanatisme buta, marah / balas dendam karena fanatik golongan, dan berperang karena fanatisme golongan, maka dia tidak termasuk dari ummatku.” (HR Muslim No. 3437)

Semua mata nampak menangis terisak-isak dan sangat menyesal dengan apa yang telah terjadi di antara mereka saat ini, dan sangat sedih tatkala pria itu menjelaskan tentang hadist yang ia sebutkan tadi.

————-

Kisah ini menunjukkan betapa pentingnya untuk menjaga rasa persatuan dalam Ukhuwah Islamiyyah. Allah juga berfirman :

Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali Imran ayat 103)

Syeikh Musthafa Al-Maraghi berkomentar terhadap ayat ini, beliau berkata “Agama memerintahkan persatuan antar kaum atau golongan khususnya dalam satu negeri, meskipun berbeda agama dan suku bangsa, agama juga memerintahkan agar semua umat berpegang teguh pada tali Allah yang kuat.”

Oleh sebab itu semoga kita selalu dijadikan sebagai insan yang selalu bersyukur dan berusaha semaksimal dengan menanamkan sikap ta’dzhim (hormat) kepada orang lain, walaupun dengan bermacam-macam latar belakang dan golongan yang mereka miliki, karena pada akhirnya kita juga wajib menjaga ukhuwah Islamiyah di antara kita semua.

Wallahu a’lam bishawab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *