Oleh Muhammad Husain, Mahasiswa Psikologi IAIN SAS Bangka Belitung

Sebagai mahasiswa, gaungan ide-ide yang mengedepankan kajian ilmiah sangatlah dibutuhkan dalam menanggapi dan mengkritisi sesuatu hal. Yang menjadi kegaduhan dan ketimpangan sosok pemimpin dalam mengambil keputusan, agar suatu saat nanti kebijakan itu bermanfaat bagi orang banyak tanpa ada kesenjangan sedikit pun. Dalam kurun waktu beberapa bulan belakangan sampai dengan hari ini, nampaknya ada polemik yang terjadi dikalangan organisasi kemahasiswaan di internal kampus.

Beberapa surat kaleng yang terjadi di kampus IAIN SAS BABEL akhir-akhir periode seperti ini perlu ditanggapi, sebagai salah satu mahasiswa IAIN SAS BABEL hal ini tak seharusnya didamkan atas apa yang terjadi. Terlepas apakah ini suatu kepentingan ataupun hal lain sebagainya, jelas pihak manapun yang membuat surat kaleng tersebut berhasil membuat kegaduhan ditengah-tengah mahasiswa.

Jika dipandang dan ditanggapi, maka pihak yang membuat narasi tersebut tidak dewasa dalam berorganisasi sehingga harus menutup wajah untuk mengkritik. Padahal sudah menjadi kewajiban bagi seorang mahasiswa untuk mengkritik jikalau ada suatu hal yang dirasakan merugikan banyak pihak, tentunya tindakan seperti ini tidak bisa dikatakan sebagai hal yang wajar dan nantinya akan menjadi kebiasaan bagi mahasiswa terkhususnya mahasiswa IAIN SAS BABEL. Ketika menyalurkan narasi kritikan ada wadah yang disediakan melalui forum-forum formal yang di fasilitasi langsung oleh pihak legislatif.

Dalam hal ini, polemik yang terjadi seharusnya mahasiswa sadar bahwa mengkritik melalui forum-forum formal atau meminta pihak legislatif selaku pengawas untuk mewadahi aspirasi mahasiswa yang ingin menyampaikan gagasannya berdasarkan kajian ilmiah. Tentunya agar menghindari rasa tendensi terhadap beberapa kelompok bahkan terjadi ketidakstabilan dan keharmonisan di keluarga besar mahasiswa.

Perlu kita tanyakan bersama apakah hari ini mahasiswa sudah tidak berani lagi dalam mengkritik hal yang salah, sehingga lembaran surat kaleng harus menjadi alat untuk mengkritik pihak yang bersangkutan tanpa tau siapa aktor dibalik narasi yang tersebar? Atau surat kaleng yang bermunculan bisa jadi sebagai alat kepentingan untuk beberapa kelompok sehingga dapat memanfaatkan momentum di akhir periode kepengurusan petinggi kampus, tingkatan Fakultas Maupun Institut.

Di dalam konstitusi keluarga besar mahasiswa IAIN SAS Babel yang telah disepakati bersama bahwasanya asas yang dikedepankan merupakan student government, artinya segala keputusan kembali ke mahasiswa, seharusnya segala organisasi di internal kampus membuka ruang terhadap point kritikan dan masukan yang di sampaikan oleh mahasiswa. Seperti yg dikemukaan dalam teori Montesque mengenai trias politica bahwasannya ada beberapa bagiaan elemen lembaga. Dalam hal ini ada tiga bagian yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Pembagian ini merupakan suatu alasan agar tidak terjadinya perebutan kekuasaan dan merupakan salah satu upaya agar masing-masing lembaga berkerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

Jikalaupun ingin memberikan aspirasi maka ada lembaga tersendiri yang menaunginya. Sudah seharusnya hal-hal yang semacam ini tidak pantas terjadi dan ada baiknya pula melalui prosedur-prosedur yang jelas dan sesuai dengan bidang lembaganya. Sebut saja melalui forum-forum formal agar menjadi keberpihakan antar lembaga masing-masing sehingga kritikan dan masukan itu bisa diterima oleh pemimpin selaku pengambil keputusan tertinggi nantinya. Karena sejatinya politik mahasiswa itu merupakan ajang adu ide dan gagasan bukan ajang adu pamflet dan adu hujatan.

Ketidakdewasaan semacam ini sangat tidak baik untuk diteruskan karena sesuatu hal yang berangkat dari kebudayaan dan kebiasaan tidak menutup kemungkinan akan berdampak pada peradaban kampus kedepannya. Hal inilah yang perlu di kritisi secara bersama. Besar harapan nantinya kepada seluruh mahasiswa IAIN SAS BABEL dalam mengawal pesta demokrasi ini hingga selesai, agar bermuara kepada kemajuan organisasi yang ada di internal kampus, disisi lain kita dihadapkan oleh pemilihan rektor. Lain dan tidak bukan ini bisa saja dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, jangan sampai ranah ini dimanfaatkan oleh kelompok yang mementingkan kelompoknya sendiri.

(Red LPM UBB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *