Para mahasiswa Universitas Bangka Belitung melakukan aksi diam dan mimbar bebas dalam rangka pernyataan solidaritas terhadap warga Wadas dan Parigi Muotong pada Rabu (16/2). Aksi diam dimulai pada 14.00 WIB di depan Gedung Kepolisian Daerah Bangka Belitung. Sementara mimbar bebas dihelat terhitung mulai 17.00 WIB.  Alasan yang melatarinya adalah kejadian tewasnya salah satu warga Parigi Muotong, Sulawesi Tengah,  yang tewas pasca ditembak oleh diduga aparat kepolisian. Sekaligus, perampasan lahan dan intimidasi yag menimpa warga Wadas demi penambangan andesit dan pembangunan Bendungan Bener.

Massa aksi diam terlebih dahulu berkumpul di kantin UBB sebagai titik kumpul. Lantas, berangkat menuju Gedung DPRD Bangka Belitung. Dari sana, massa aksi melakukan march menuju Gedung Polda Babel. Sesaat sebelum selesai march, mereka melakukan aksi jalan mundur sebagai simbol mundurnya demokrasi. Sejumlah perwakilan massa aksi lalu maju melakukan orasi. Massa aksi juga melakukan tabur bunga sebagai simbol duka atas perampasan lahan dan dilanjutkan dengan aksi diam sembari berlutut. Di akhir aksi tersebut, massa membacakan deklarasi tuntutan, pernyataan sikap, dan sumpah mahasiswa Indonesia. Pembacaan sumpah dipimpin Fahlefi Aditama, ketua BEM KM UBB.

Adapun poin-poin pernyataan sikap dari KM UBB pada aksi diam tersebut:

1. Mengutuk segala bentuk intimidasi dan kriminalisasi yang dilakukan polisi-TNI dan preman terhadap warga Desa Wadas, aktivis, dan pihak pendamping.

2. Mengecam kedatangan ribuan personil kepolisian, menuntut Kapolda Jateng segera menarik pasukannya dari Desa Wadas, dan berhenti memutarbalikkan fakta dengan cara penuduhan tidak berdasar terhadap warga Desa Wadas.

3. Menuntut Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo untuk memenuhi tuntutan warga Desa Wadas yang menolak perampasan lahan dengan penambangan batuan andesit untuk Bendungan Bener.

4. Menuntut Presiden Jokowi untuk membatalkan megaproyek pertambangan batuan andesit untuk Bendungan Bener.

Melanjutkan aksi diam, mahasiswa UBB juga mengadakan kegiatan mimbar bebas di Lapangan Basket Universitas Bangka Belitung. Kegiatan ini diisi dengan pembacaan puisi, penampilan musik, dan penyampaian orasi. Yang tampil adalah sejumlah perwakilan setiap himpunan dan UKM Gema Harmoni.

“Saya ikut mimbar bebas ini untuk menyuarakan permasalahan di Desa Wadas. Kita semua tahu bahwa situasi di sana sedang penuh tekanan aparat,” ujar Rosa Febiola, perwakilan Himpunan Mahasiswa Sastra Inggris, yang tampil membacakan puisi.

“Kegiatan ini menunjukkan kepedulian mahasiswa atas hak-hak dan kepentingan masyarakat Indonesia. Kami berharap saudara-saudara kita di Desa Wadas dan Parigi Muotog tetap semangat dalam memperjuangkan hak mereka,” ungkap Muhammad Abil Sedah Ismail, koordinator lapangan aksi diam dan mimbar bebas.

Reporter: Zahra Zarina, Istiwulandari, Dwi Safitri, Kevin Aryatama, Shelia Gladia

Penulis: Zahra Zarina

Editor: Kevin Aryatama

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *