Basofi Sudirman_Sosiologi UBB
Setelah cukup terbuai dengan meningkatnya harga jual timah dan komoditas seperti kelapa sawit saat ini, memang memberikan angin segar bagi keberlangsungan ekonomi masyarakat Bangka Belitung, terkhusus bagi masyarakat di Desa Penagan, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka. Karena masyarakat Desa Penagan mayoritas berprofesi sebagai penambang timah. Apalagi Desa Penagan juga merupakan salah satu desa yang jadi penghasil timah terbesar di Bangka sejak dulu. Sehingga dengan melonjaknya harga timah dan ketersediaan kawasan pertambangan baru, sangat berperan besar bagi perekonomian masyarakat. Namun, dibalik lonjakan harga timah dan antusias pertambangan tersebut, masih saja ada pihak-pihak yang bermain dan menaruh kepentingan pribadi dan kelompok dalam aktivitas pertambangan (TI) ini,serta turut ambil bagian dalam menentukan alur pertambangan timah di Bangka Belitung.
Dalam hal ini, penulis berusaha untuk menjelaskan sedikit mengenai para aktor, akses, dan politik dalam pertambangan timah di Bangka Belitung, terutama di kawasan Buak Desa Penagan. Bukan hanya melihat dari sudut pro-kontra, namun memposisikan diri sebagai pengamat dalam permainan politik pertambangan timah yang sedang terjadi. Yang seringkali luput dari perhatian masyarakat, dan dibiarkan oleh pemerintah. Seolah-olah pemerintah, masyarakat, dan aktor sama-sama memiliki peran masing-masing didalamnya.
Seperti yang kita ketahui dalam Review Lapangan sebelumnya, Pertambangan timah (TI) bukanlah hal baru bagi masyarakat Desa Penagan, yang artinya para aktor, akses, dan politik pertambangan timah ini sudah berakar sejak dulu. Dan tentunya sudah memiliki relasi dan ruang gerak yang bebas. Walaupun terkadang kita melihat seolah-olah ada perdebatan dan perbedaan pendapat antara pihak pro pertambangan dengan pihak kontra pertambangan, namun pada dasarnya keduanya sama-sama memiliki kepentingan dan juga menjadi aktor penting dalam politik pertambangan itu sendiri. Konflik tersebut harus dipahami secara jeli, karena telah menjadi konflik sosial-ekonomi dan politik yang lebih luas.
Siapa sajakah aktor-aktor, akses dan pemain politik pertambangan timah (TI) tersebut?
Aktor Pemerintah
Pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan sampai tingkat desa memang tidak luput dari kepentingannya dalam politik pertambangan timah. Jika kita hanya melihat dari kasus di kawasan Buak Desa Penagan, secara gamblang kita mengetahui bahwa pemerintah dan instansi terkait ikut campur tangan. Baik itu mempermulus proses pertambangan, membuat relasi politik, menggalang dukungan masyarakat, dan berbagai kepentingan lainnya. Sehingga ha-lhal tersebut dianggap lumrah oleh masyarakat. Yang akibatnya tidak ada pengawasan dan pengendalian dampak dari aktivitas pertambangan timah tersebut. Hasilnya kerusakan lingkungan, sungai, dan hutan.
Sebenarnya aktor dari pemerintah adalah yang paling dominan dan kuat pengaruhnya, karena mereka yang memegang aturan dan kebijakan. Sehingga apabila mereka ikut serta, siapa yang bisa mencegah?. Bukan hanya sebagai aktor saja, namun juga sebagai pemberi akses dan dalang dari perwayangan pertambangan timah.
Dalam kasus di kawasan Buak Desa Penagan, pihak desa, kecamatan, dan kabupaten membiarkan terjadinya pertambangan besar-besaran tersebut. Dan pada saat ada konflik yang terjadi terkait lahan pertambangan antar kawasan Desa Penagan dan Sungai Selan, barulah pihak kecamatan ada sedikit tindakan. Sehingga penulis rasa bahwa pemerintah seolah-olah menjaga dan membiarkan pertambangan terus berlanjut.
Aktor Masyarakat Lokal
Tanggapan dari masyarakat lokal pada umumnya terbagi menjadi dua, ada yang pro pertambangan timah dan ada yang kontra pertambangan timah. Namun, setalah penulis melakukan review lapangan sebelumnya, mayoritas masyarakat desa Penagan berpendapat bahwa dengan adanya pertambangan timah ini, perekonomian mereka meningkat. Artinya secara tidak langsung masyarakat mendukung adanya pertambangan timah tersebut. Penulis juga melakukan wawancara terhadap para penambang, dan profesi mereka sebelumnya beragam, dari mulai petani, nelayan, kuli bangunan, buruh harian, dan sebagainya. Artinya, peralihan profesi ini tentunya bukan hanya tanpa sebab, dan alasan mereka karena dengan menjadi penambang mereka bisa mendapatkan penghasilan lebih dan pasti dalam satu hari. Baik pemilik TI atau penambang, keduanya memberikan alasan yang sama, yaitu lebih menguntungkan.
Aktor masyarakat lokal yang bermain dalam pertambangan timah di kawasan Buak, Desa Penagan, ini salah satunya para pemilik modal dan orang-orang ternama di Desa. Mereka berperan sebagai penyedia modal, bahan, perlengkapan pertambangan bagi para penambang yang ingin memulai usahanya. Dan para penambang yang dimodali nya, wajib menjual timah hasil pertambangan kepada dirinya, dengan harga lebih rendah dari pembeli timah lain. Ini juga salah satu bentuk permainan politik pertambangan skala kecil.
Sehingga pihak yang paling diuntungkan menurut penulis adalah para aktor, para pemberi akses dan para pemain politik pertambangan timah ini, karena mereka tanpa turun langsung kelapangan, namun mendapatkan hasil lebih besar dari para penambang timah itu sendiri. Bukan hanya untung dalam materi saja, mereka untung dalam relasi, dukungan, dan pengaruh dalam masyarakat.