Oleh Siti Maisaroh
Pandemi virus Corona atau covid19 nyatanya telah mengobrak abrik semua tatanan kehidupan dan pemerintahan Indonesia bahkan dunia, dan agaknya pemerintah mulai kewalahan dikarenakan penyebaran virus sangat lah cepat dan semakin bertambah banyak jumlah yang terinfeksi dari hari ke hari. Belum lagi diperlakukan nya new normal tentu berakibat pada pola interaksi masyarakat Indonesia yang cenderung abai dan ngeyel. Parahnya Indonesia saat ini dihadapkan oleh krisis yang tak terelakkan, sehingga perlu adanya kerja extra dan cepat segera dilakukan dalam menangani nya. Tak tanggung-tanggung bahkan presiden Jokowi akan melakukan perombakan kabinet dan pembubaran lembaga jika diperlukan.
Dilansir dari detikNews.com. bisa saja membubarkan lembaga, bisa saja reshuflle, udah kemana-mana saja. Entah buat Perpu yang lebih penting lagi, kalau memang diperlukan,,,katanya. Tindakan seperti ini dilakukan, karena 3 bulan pandemi telah merusak keseimbangan negara, sedangkan penanganan yang diberlakukan sebelumnya belum membuahkan hasil yang diinginkan, dari sini dapat kita nilai bahwasanya presiden Jokowi kesal dan kecewa dalam pidatonya di istana negara 18 Juni lalu, terhadap kinerja bawahannya yang cenderung membuat kebijakan yang biasa-biasa saja, tidak ada progres yang signifikan dalam menangani crisis akibat covid19. https://news.detik.com/berita/d-5071831/jokowi-di-depan-menteri-untuk-rakyat-saya-bisa-bubarkan-lembaga-reshuffle
Dikutip dari katadata, presiden Jokowi menganggap bahwa bawahannya bekerja secara standar saja dan belum memiliki perasaan yang sama. Ini harus extraordinary. Perasaan ini harus sama, kalau ada satu yang berbeda ini bahaya. Jadi tindakan-tindakan kita, keputusan-keputusan kita suasananya harus suasana krisis. Jangan kebijakan yang biasa-biasa saja, anggap ini normal, apa-apaan ini, katanya Dengan nada tinggi.
Penanganan pandemi di sistem kapitalis
Penanganan pandemi oleh pemerintah terkesan biasa-biasa saja bahkan tak serius, kira-kira kenapa ya menteri nya melakukan itu? Perlu dicatat bahwa sepertinya para menteri telah hilang sikap patuhnya terhadap kepala negara yang merupakan buah pemikiran dan sistem kapitalis yang selama ini mereka adopsi dan bercokol dalam setiap kebijakan yang dilakukannya. Yang tidak lain dan bukan lagi hanya akan memberikan keuntungan secara materi dan kekuasaan kepada para kapitalis dan antek-anteknya. Sehingga presiden Jokowi mempersoalkan dan menyoroti kerja dan belanja kementerian yang belum memuaskan dan laporan yang masih biasa-biasa saja.
Pertama, dalam bidang kesehatan dengan anggaran Rp 75 triliun, presiden Jokowi mengkritik penggunaan anggaran yang baru sekitar 1,53% “pembayaran dokter, tenaga spesialis dikeluarkan, belanja peralatan dikeluarkan” katanya. Kedua, bantuan sosial kemasyarakat ini harusnya 💯 % sudah disalurkan, katanya. Ketiga, sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) segera stimulus ekonomi bisa masuk ke usaha kecil mikro, jangan buat mereka mati dulu, baru kita bantu, katanya. Bahkan presiden siap mempertaruhkan reputasi politiknya. Lalu dikemanakan anggaran kesehatan dan dana bantuan sosial? Ini lah beberapa yang menjadi sorotan presiden, yang semakin membuktikan kegagalan sistem yang diadopsi oleh negara hari ini, yang hanya menguntungkan dan berpihak kepada para pemilik modal (kapital) namun merugikan masyarakat kecil.https://katadata.co.id/berita/2020/06/28/jokowi-ancam-reshuffle-kabinet-kinerja-beberapa-sektor-disorot
Krisis seperti ini seharusnya sudah diatasi dengan baik ditengah-tengah kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah, seperti Timah di Bangka Belitung, gunung emas di Papua, batu bara di Kalimantan, dan minyaknya di Jawa. Namun ini lah realita hidup di negeri +62 hidup berbanding terbalik diatas kekayaan negeri sendiri, hidup miskin dan mengkayakan kapitalis. Sistem kapitalis yay terbukti cacat dari lahir dan gagal menangani krisis. Seharusnya sudah cukup membuat para pemerintah melek, bahwa mereka telah menggunakan sistem yang keliru. Sehingga tidak ada pilihan lain bagi pemerintah selain harus mengambil sisi yang telah terbukti berhasil selama 13 abad lamanya, sistem apalagi kalau bukan sistem Islam. Sebuah sistem yang sempurna yang akan memberikan solusi mensejahterakan rakyat dan satu-satunya yang menjadi harapan umai hari ini, yang lahir berdasarkan Wahyu Allah dan tuntunan Rasulullah. Lalu bagaimanakah sistem Islam memberikan solusi mengatasi krisis?
Pertama, perlu mengubah perilaku pelaku ekonomi yang buruk dengan menanamkan akidah yang benar yakni Islam, menjadi kan Islam sebagai landasan berfikir, bersikap dan berperilaku, memberikan pengetahuan tentang ilmu-ilmu Islam dan menjadikan hidup tetap dalam suasana keimanan.
Kedua, tata kelola pemerintahan sesuai syariah Islam, dengan memberikan jaminan pemenuhan pokok setiap warga negara baik muslim dan non-muslim.
Ketiga, kestabilan sosial dan politik, seorang Khalifah atau kepala negara akan melaksanakan dan memantau perkembangan pembangunan dan perekonomian dengan menggunakan indikator-indikator yang menyentuh tingkat kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya bukan hanya secara ekonomi.
Keempat, menstabilkan sistem moneter dengan cara mengubah dominasi dolar dengan sistem moneter Dinar dan dirham, mengganti perputaran kekayaan disektor non riil /sektor moneter yang menjadikan uang sebagai komoditas menjadi sektor riil, karena sektor non riil mengandung riba dan judi.
Kelima, menstabilkan sistem fiskal, dalam sistem ekonomi Islam dikenal 3 jenis kepemilikan yaitu kepemilikan individu, umum dan negara. Seluruh barang yang dibutuhkan oleh orang banyak dikategorikan barang kepemilikan umum, contohnya: yang merupakan fasilitas umum, barang tambang yang tidak terbatas, dan SDA yang sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki secara individu.
Pernah dikisahkan bahasanya seorang Khalifah Umar bin Khattab rela merasakan hidup seperti rakyatnya yang kekurangan untuk mengetahui rasanya dan kondisinya. Sungguh Islam begitu sempurna dan tidak ada sistem lain yang dapat menandinginya. Wallahu ‘alam bishawab.
(Siti)