Oleh: Ramsyah/Mahasiswa Universitas Bangka Belitung

LPM UBB, Pangkalpinang – Pukul 14.30 WIB., gerimis masih konsisten turun saat aku memasuki kawasan aksi yang terletak di titik nol Pangkalpinang, tetapi dari jumlah massa aksi hari ini, tampak gerimis tak membuat surut semangat. Seribu lebih Mahasiswa dan pemuda bertebaran dengan pakaian serba hitam. Oleh koordinator lapangan, massa aksi dikumpulkan dan dibariskan di samping kiri kanan jalan. Tulisan menolak Omnibus Law, mengkritik dan menghujat DPR, mewakili perasaan rakyat hari ini terpampang jelas. Bendera-bendera dari berbagai organisasi terbentang.

“Walaupun kita datang dari berbagai organisasi, hari ini kita melebur menjadi satu dengan nama “Aliansi Masyarakat Sipil Bangka Belitung” untuk menolak Omnibus Law,” lantang Janovan, selaku koordinator aksi di tengah-tengah massa aksi.

Barisan-barisan polisi mulai berkeliling mengawal massa aksi dan menutup jalan utama Pangkalpinang yang digunakan untuk aksi, karena bentuk aksi adalah kampanye penolakan, maka penutupan jalan tidak disambut baik oleh massa aksi.

“Aksi kami adalah aksi kampanye, bagaimana kami mau kampanye kalau bapak polisi menutup jalannya. Ke siapa kami kampanye? Kami tidak akan memulai aksi sebelum jalan dibuka lagi,” ketus Aldis, salah satu koordinator lapangan.

Beberapa saat aku dapat melihat terjadi kompromi antara massa aksi dan pihak keamanan. Setelahnya, akses jalan kembali dibuka. Satu-persatu pengendara mulai melintasi massa aksi yang berbaris panjang di sisi jalan, walaupun kebanyakan memilih mengambil jalan alternatif.

Keranda mayat diletakkan di tengah massa aksi. Taburan bunga dan bendera kuning diangkat oleh massa aksi. Pertanda bahwa keadilan, hati nurani, dan wakil rakyat telah mati. Kemudian semua mulai melafazkan lagu Menghentikan Cipta.

Perwakilan-perwakilan dari berbagai organisasi seperti HMI Cabang Babel Raya, BEM UBB, BEM IAIN SAS Babel, Babel Mania dan lainnya, satu-persatu maju berorasi menyampaikan kekecewaan dan semangat menolak Omnibus Law. Tiap-tiap orasi disambut semangat oleh massa aksi. Lantang “Hidup Mahasiswa”, “Hidup Rakyat Indonesia”, dan “DPR Goblok” menggema di langit Pangkalpinang.

“Omnibus Law adalah anak haram dari perzinaan antara pemerintah, DPR-RI dan para pengusaha. Jelas ini adalah bentuk pengkhianatan terhadap rakyat,” lantang Ady Yos selaku Ketua HMI Cabang Babel Raya.

Kemudian mulai tampillah aktivis-aktivis perempuan yang mengekspresikan diri lewat puisi yang sarat dengan satire. Hal yang menarik adalah bagaimana salah satu aktivis membacakan puisi satirenya tentang pancasila di mata pemerintah.

“Lima, (hening beberapa saat). Maaf, memang sengaja dimute, karena sudah tidak ada lagi keadilan sosial untuk seluruh rakyat Indonesia,” ucap Windy, salah satu aktivis perempuan.

Di atas sisa gerimis, aksi ditutup degan deklarasi dan pernyataan sikap oleh massa aksi dengan nama “Aliansi Masyarakat Sipil Bangka Belitung”. Adapun isi dari deklarasi adalah sebagai berikut:

  1. Aliansi Masyarakat Sipil Bangka Belitung menolak secara tegas Undang-Undang Omnibus Law.
  2. Mendesak Presiden untuk mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti Undang- Undang.
  3. Mengecam tindakan represif yang dilakukan oleh aparat terhadap massa aksi gerakan penolakan Omnibus Law.
  4. Mendesak pemerintah untuk segera menangani secara serius permasalahan pandemi Covid-19.

(RED LPM UBB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *