Sumber: Pixabay

Ipung Zain Tritayasya S., Mahasiswa Ilmu Politik 2021

Guru di masa pandemi seperti saat ini banyak mengalami perubahan dalam segi metode pemberian materi pembelajaran ke pada murid. Hal ini dikarenakan terkendala situasi pandemi seperti sekarang ini. Guru harus memutar otak agar terus memberikan pendidikan untuk pemuda-pemuda pemegang arah bangsa nantinya.

Pahlawan tanpa tanda jasa. Itulah julukan yang biasanya kita sematkan untuk menyebut guru. Secara umum, dalam bahasa Indonesia, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Maka dari itu, mungkin bisa kita bayangkan jika guru di masa pandemi sekarang tidak memberikan pengajaran. Entah apa yang akan terjadi kelak terhadap bangsa kita.

Guru di masa pandemi seperti sekarang melakukan pembelajaran secara daring sesuai dengan Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19 yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Tentu interaksi antara murid dan siswa sangat dibatasi untuk mencegah penularan Virus COVID-19. Namun, guru di situasi seperti ini dituntut profesionalitas untuk tetap memberikan pengajaran kepada siswa, meski terhambat banyak kendala dengan aktivitas yang serba daring.

Guru-guru yang berdedikasi mungkin melakukan apa saja demi memberikan pemebelajaran dan pengajaran kepada siswanya. Ibaratkan pahlawan super yang akan melakukan apa saja untuk menyelamatkan oraang-orang. Seperti yang dilakukan guru SMA Negeri 1 Bandar, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Seperti yang dialami guru-guru lain, kegiatan belajar-mengajar jarak jauh merupakan pengalaman pertama selama dirinya mengajar. Dedi bercerita banyak teman-teman sejawatnya yang kesusahan beradaptasi mengajar jarak jauh dengan akses internet, apalagi bagi guru-guru yang usianya tidak muda lagi .

“Tantangan tuntutan belajar online bagi mereka yang tidak tahu. Bagi pendidik dengan usia muda, internet adalah hal yang tidak asing lagi .Tapi bagi guru yang sudah tua, itu adalah siksaan luar biasa. Bayangkan, untuk mengetik saja mereka lamban. Apalagi untuk belajar aplikasi belajar online,” kata Pak Dedi saat berbincang dengan Tribun, Minggu (2/5/2021). Dari sini kita bisa merasakan bagaimana perjuangan guru-guru yang harus belajar dulu bagaimana mengetik baru belajar aplikasi daring. Kebanggaan setinggi-tingginya harus kita berikan kepada guru-guru yang termasuk di dalam usia tua, namun masih ingin belajar tentang aplikasi daring demi keberlangsungan transfer ilmu pengetahuan terhadap murid-muridnya.

Ada pula contoh lain dari guru dari daerah 3T (tertinggal, terluar, terdepan). Guru-guru di sana menghadapi kesulitan akibat ketimpangan struktural berupa keterbatasan akses teknologi dalam mengadakan kegiatan pembelajaran secara daring. Iya, itu semua tidak menghentikan semangat dalam mengajar demi mencerdaskan siswa-siswinya. Salah satu contoh perjaungan yang harus disebutkan adalah Emilia Wau, tutor di PAUD Senora, Desa Orahili, Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Selama masa pamdemi seperti ini ia selalu menerapkan protokol kesehatan, ditambah usianya yang tidak muda lagi. Dirinya pun sampai rela untuk memberika edukasi mengenai protokol kesehatan ke murid-muridnya bahkan mendatanginya satu per satu. Mulai dari cara mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak yang aman. Selain itu, pembelajaran tetap berjalan. Ia membuat jadwal agar ana-anak didiknya masuk secara bergantian. Ia bahkan berpikir lebih jauh daripada pemrintag dengan memberikan materi pembelajaran mengenai bercocok tanam untuk ketahanan pangan di tengah pandemi.Dari sini kita bisa lihat betapa besar pengorbanan yang diaukan Bu Emau, Ia tetap ingin memberi kan arti penting dari berbagi dan menyebar kebaikan serat semangat mengajar ke dan mengedukasi ke anak didiknya, terutama di masa pandemi. Rasanya ketakuatan ia sendiri terhadap pandemi, kalah dengan tanggung jawab moral dan ketaatannya kepada protokol kesehatan.

Mungkin hal ini dikarenakan guru merupakan sosok tangguh dan semangat dedikasi terhadap apa yang mereka lakukan. Mereka terus berupaya untuk berjuang menumbuhkan rasa cinta belajar terhadap siswa-siswi selama pandemi. Meski metode yang kegiatan belajar mengajar terpaksa dilakukan secara daring karena situasi pandemu, namun guru-guru di daerah dengan keterbatasan teknologi tetap bisa mengadakan kegiatan belajar mengajar dengan caranya masing-masing. Demi diterciptanya semangat belajar siswa-siswi di masa pandemi.

Apresiasi dan terima kasih sebanyak-banyak harus kita berikan kepada salah satu pahlawan di masa pandemi ,kita tidak akan pernah membalas jasa-jasa mereka . Hormati dan bersikaplah dengan baik kepada mereka karena kita belum tahu perjuangan guru-guru untuk bisa mengajar kita di masa pandemi seperti sekarang. Untuk pemerintah, masalah struktural mengenai ketimpangan akses tidak bisa diabaikan, termasuk dalam dunia pendidikan ini. Kita tidak bisa membebankan masalah struktural terhadap kemauan dan kemampuan individu semata. Pandemi membuka kembali mata kita bahwa masih ada ketimpangan akses yang mengaga lebar di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *