Oleh: Suryanti, mahasiswi IAIN SAS BABEL

Berita gadis usia 15 tahun  yang membunuh bocah yang berusia  6 tahun sangat menggemparkan negeri ini.  Bagaimana tidak,  sebab yang menjadi sorotannya adalah tentang pengakuan si pelaku yang merasa puas setelah melakukan aksi pembunuhan tersebut, juga dikatakan bahwa aksi ini seperti sudah direncanakan oleh si gadis.

Korban juga dibunuh dengan cara yang sangat sadis,  yakni ditenggelamkan ke bak mandi, dicolok mulutnya, hingga diikat dan disimpan didalam lemari. Sebelum melakukan aksinya, remaja perempuan tersebut membuat sejumlah sketsa bernuansa kesedihan dan kekerasan.

Belakangan diketahui, remaja ini kerap menonoton film bergenre horor dan sadis. Bahkan salah satu adegan film itu menjadi inspirasi remaja tersebut untuk membunuh. Dilansir dari iNews.id, ternyata pelaku juga suka bermain dengan hewan. Tapi disisI lain hewan tersebut sering disiksa secara sadis, bahkan sampai dibunuh.

‘Memang sejak kecil pelaku sering bermain dan membunuh hewan secara gampang. Misal kodok ditusuk pakain garpu, ia punya kucing. Tapi saat kesal kucing itu sering dilempardari lantai dua”.

Miris sekaligus menyayat hati. Mengapa ini bisa terjadi? Bukankah seharusnya anak-anak adalah calon  dalam membangun generasi kedepan menjadi lebih baik serta membawa perubahan  kearah yang lebih positif, tetapi sekarang banyak sekali generasi yang sudah tenggelam dalam kumparan kebodoha yang tidak berkesudahan.

Bak buih dilautan, generasi yang dihidupkan dalam sistem kejahilian seakan menjadi budak-budak yang tak bertuan dan tak punya aturan.  Akal serta fitrah yang melekat seakan menghilang tak berjejak.

Remaja Bermental Sakit Lahir Dari Sistem Kapitalisme.

Sistem kapitalisme yang mengusung asas sekulariseme, menjadikan manusia tak ubahnya seperti manusia yang tak berakal(binatang). Mereka  bebas bersikap dan berperilaku sesuai dengan hawa nafsunya. Serta tak mengindahkan aturan agama.

Aturan sistem kapitalisme ini begitu sangat menyesatkan manusia dari fitrah untuk apa tujuan manusia dihidupkan serta melahirkan manusia  rusak sekaligus hina.

Terkhusus para remaja, Tak adanya  penanaman akidah, moral, dan minimnya pemahaman ilmu agama terhadap remaja, menjadikan para remaja tersesat dan diluar kendali, melanggar aturan, bahkan dapar membahayakan dirinya sendiri ataupun orang lain. Dari sinilah lahir para remaja yang bermental sakit(illness).

Penyebab terjadinya mental illness ini muncul oleh banyak factor, bisa karena stress, depresi karena mengalami tekanan yang dalam terhadap mental, atau traumatic akan kehilangan sesuatu atau seseorang. Tekanan batin karena lingkunagan sekitar atau orang tau, kurang perhatian atau kasih sayang dan masih banyak lagi.(suara.com)

Selain minimnya pengawasan dari keluarga serta lemahnya pendidikan agama. Tontonan pun menjadi salah satu factor utama remaja menjadi sakit mental hingga tergiur untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang ditonton. Faktanya, remaja yang melakukan pembunuhan sadis terhadap anak di Sawah Besar, Jakarta pusat, terinspirasi dari  tontonan sadis dan horor salah satu film terkenal yakni chucky si’’boneka pembunuh’’.

Salah satu factor lain yang memicu kejadian ini adalah dunia maya yang didukung oleh kecanggihan teknologi yang merusak anak-anak dizaman modern ini jika tidak bisa menggunakannya dengan benar. dengan kata lain negaralah yang terlalu membebaskan kecanggihan itu tanpa  memikirkan jangka panjang pada generasi saat ini dan yang akan datang.

Inilah nasib buruk generasi saat ini dalam sistem kapita;lisme. Negara tidak mampu melindungi bahkan sebaliknya rakyat dibiarkan bertarung sendiri menghadapi kerusakan. Negara acuh seakan berlepas tangan membiarkan mereka dalam kehancuran akibat media yang meracuni pemikiran dan menghasilkan perilaku yang rusak. 

Ini baru satu kejadian atau peristiwa belum lagi lainnya. Tidak hanya kekerasan melainkan pergaulan bebas dan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang tidak pernah diketahui mereka berbuat apa diluar sana.

Oleh karena itu, kehidupan Negara bersistem kapitalisme ini seharusnya diubah dengan model kehidupan islami. Islam akan menyelamatkan generasi, islam sebagai ideology, yang nantinya akan melindungi umatnya dengan penerapan aqidah dan syariatnya serta menjadikan dunia berkah serta Rahmatallil ‘alamiin.

Hanya Islam Satu-Satunya Solusi Setiap Permasalahan Ummat.

Didalam islam, landasan pendidikan yang harus dibangun dengan kokoh sedari dini aqidahnya. Adanya pondasi aqidah yang kuat, akan menjadikan anak memiliki pola pikir dan pola sikap yang islami.

Dari pola pikir dan pola sikap yang islami ini akan melahirkan remaja-remaja yang tangguh dan  cerdas serta berakhlakul kharimah serta senantiasa melakukan perbuatan yang baik menjahui perbuatan buruk.

Peran orang tua dalam mendidk anak-anak mengacu kepada Qur’an dan Sunnah. Sebagimana hadits Rosul ‘Sollu Alan Nabie’. Tiga perkara yang ditekankan rosulullah dalam mendidik anak-anak, sebagaiman diriwayatkan oleh Ath Tabrani dari Ali bin Abi Thalib RA.

‘’Didiklah anak-anakmu atas tiga hal; mencintai nabimu, mencintai ahlul baitnya dan membaca quran. Karena orang yang mengamalkan Qur’an nanti akan mendapatkan naungan Allah pada hari ketika tiada naungan kecuali dari-Nya bersama para nabi dan orang-orang suci. 

Dan didiklah anak memiliki akhlak mulia. Sejak kecil anak harus diajarka, dibiasakan, dan dikondisikan agar melakukan perbuatan baik. karena jika seorang anak terbiasa melakukan perbuatan buruk hingga ia besar, maka akan sulit untuk diluruskan.

Artinya, penanaman akhlak kepada anak  dimulai dari sedini mungkin dan ini merupakan tanggung jawab orang tua. Sebab, anak adalah amanah yang akan dipertanyakan di yaumil hisab nanti. 

Selain itu Negara juga memiliki peranan penting, sebab Negara atau pemerintahan berperan sebagai lembaga kepengurusan kehidupan bermasyarakat agar manusia bisa menjalankan peran serta fungsinya sebagai khalifah di muka bumi. Negara juga sebagai pelindung keamanan  warga Negara dan orang-orang uang meminta perlindungan.

Kemudian dalam pandanga islam, media adalah sebagai saran untuk menjadi penghantar bagi pemikiran-pemikiran islami sampai kepada elemen masyarakat. Dengan kata lain keberadaan media memiliki peran strategis untuk melayani masyarakat dala memahami tsaqofah islam.

Bisa dikatakan media dalam sistem islam akan mewujudkan masyarakat yang cerdas karena memiliki aturan yang jelas dalam segala aspek kehidupan dan mampu membedakan mana yang benar  dan yang salah. Dan juga mewujudkan masyakat yang peduli karena sikap kritisnya terhadap lingkungan melalui budaya amar ma’ruf nahi munkar kepada setiap elemen manusia tanpa memandang tingkatan.

Jadi, jelas bahwa peran keluarga, media, serta Negara tidak bisa dipisahkan. Ketiganya saling berkaitan demi terciptanya gebnerasi yang sehat, terutama sehar secara mental. Jika hal ini hanya menjadi perhatian orang tua sedang Negara diam serta acuh tak acuh, maka jangan heran kedepan nantinya akan masih banyak lagi anak-anak yang melakukan hal yang sama bahkan lebih parah dari ini.

Hal ini dapat terwujud dengan menerapkan islam kaffah satu-satunya solusi dalam segala aspek kehidupan. Sehingga taka da ruang lagi bagi para ramaja u utk melkukan kemaksiatan, karena setiap perbuatan akan didasarkan pada hukum syara’. Selain itu sistem islam juga akan meniscayakan adanya sinergi yang kokoh antara keluarga, masyarakat serta Negara untuk mendidik generasi muda, sehingga menjadikan mereka siap untuk membawa perubahan dan melenyapkan kedzoliman serta kerusakan dibumi ilahy.

Wallahu ‘alam bisshowwab.

(Red Suryanti/LPM-UBB)

By Mental

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *